Bau apek mengeluarkan baju lapangan yang belum dicuci 8 hari yang lalu dan logistik yang berjubel pada cariel 120 liter. Tiba-tiba datanglah bidadari cantik yang menjadi pasangan halalku saat ini. Dengan sedikit prolog,
“Aku memanggil Dia”, mo ngapain ke kampus hari ahad, ada acara di sini? Oh ya kang ada acara rapat di BEM, setelah ku tengok memang belum ada orang di ruang BEM, memang sekre BEM FMIPA dengan Caldera adalah tetanggaan, tapi kulihat lebih jelas lagi memang sepi dan terkunci sekrenya, maka kutawarkan untuk nunggu di sekre Caldera.
Ini kisah tentang sekuntum bunga seputih dari nan putih yang daunnya hijau dimusim kering kemilau disinar surya dimusim kembali tiba melati bersemi putih dan sejuk berimbas sunyi bergetar disudut hati.
”Rika tunggu aja di Caldera dari pada nunggu di luar kan gk enak”, tanpa basa-basi dia pun masuk ke sekre caldera yang hanya berukuran 3x4,5 m dengan asesoris lemari, komputer, TV 14 inci, tangga buat ke lantai dua yang sengaja dibuat, sekalian sebagai tempat tidur, tempat itu juga sebagai saksi percakapan indah.
Kutawarkan segelas air teh manis hangat yang menemani bincangku, selama dia menunggu teman – temannya di ruang BEM,
Dan akhirnya pun pertemuan itu cukup untuk kenal satu sama lainnya, dan akhirnya sedikit dengan nada bercanda, ku buka lagi perbincangan itu yang sempat – sempat menyinggung keluarganya dan baru ku tahu bahwa dia adalah sosok wanita asal Jawa dan asli keturunan ningrat, baru tau juga bahwa nama aslinya adalah Raden Ayu Rika Dinda Puspita.
Berbalut sweeter biru laut, berhijabkan kerudung putih nan bersih tertutup sampai ke dada. Sungguh indah wanita tersebut. Andaikan saja dia memang menjadi pasangan halalku saat ini, dan tak terasa hayalku melayang jauh dan sempat memandang wajahnya nan indah, sungguh luar biasa ciptaanNya tersebut. Sampai di akhir cerita akupun sempat meminta tukeran nomor HP kepadanya.
Keindahan luar biasa nan bersih, seperti ciptaanNya sang Khaliq, kepada alamnya di Pulau Lombok di atas bumi Indonesia di ketinggian 3726 m dpl, sungguh sempurna ciptaanNya seperti Gunung Rinjani di Indonesia Bagian tengah tersebut.
Dari situlah awal perkenalan sekaligus sebagai langkah awal silaturahmi dengan tetap terbalut sisi islamiyah, kemanakah selanjutkan kisah ini cuma kita berdua yang mengalaminya, sungguh tetap dalam landasan yang syari dan khazanah islami. Berawal dari sana tak kuasa aku menahan hati, wahai orang yang lembut hatinya, sudah lama aku tersiksa dalam tentang perasaan sebuah hati manusia, aku tidak ada siappun dihatiku kecuali Allah, maukah kau menjadi yang halal bagi ku, yang selalu kukecup keningmu, yang selalu ku hapus air matamu. Dari yang selalu menantimu, beni hermawan
Sebuah kata-kata sengaja ku lontarkan dengan sengaja buat yang akan menjadi pasangan halalku, melewati secarik surat.
***
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.