Mungkin sudah banyak di antara kita yang telah mendengar kata on-time. Sebagaimana yang kita ketahui on-time merupakan kata bahasa Inggris yang berarti tepat waktu. Memang begitu mudah menerjemahkannya sebagai tepat waktu, tapi bagaimana dengan pelaksanaannya? Sudah kah tepat?
Mengutip kata-kata dari Billy Boen di bukunya “Young On Top”, “Apabila kamu datang tepat waktu, artinya kamu menghormati orang yang akan bertemu dengan kamu. Dan tidak hanya itu, kamu juga telah menghargai diri kamu sendiri karena berhasil memenuhi jadwal yang sudah kamu buat sebelumnya“.
Zaman sekarang kata On Time bukanlah hanya sekadar tepat waktu, melainkan All About Respect. Respect di sini berarti menghargai dan menghormati. Menghargai orang yang sudah berjanji bertemu dengan kita dan menghargai diri kita sendiri terhadap jadwal yang telah kita tentukan. Jika bukan mulai dari kita sendiri yang menghargai diri kita, terus siapa lagi?
Ilustrasinya seperti ini. Saya telah berjanji dengan 3 orang rekan untuk bertemu pukul 11.00 di daerah Jakarta. Pada pukul 14.00 saya harus bertemu dosen pembimbing di kampus. Bisa dibayangkan apabila pertemuan dengan rekan-rekan saya tersebut tidak dimulai dengan on time? Hampir pasti saya juga akan telat bertemu dengan dosen pembimbing saya. Oleh karena itu, baik saya maupun ke 3 rekan saya yang lain harus memulainya dengan on time agar jadwal yang telah diatur dari tiap orang dapat berlangsung dengan baik. Jika sudah begitu, maka kita termasuk sudah menghargai diri kita dan menghargai orang lain pula.
Jakarta macet? Siapa yang tidak tahu? “Jangan gunakan macet sebagai alasan. Perhitungkan waktu kamu dengan telah melibatkan unsur macet di dalamnya!” Ucap seorang dosen saya di kampus. Pada awalnya saya sungguh kesal dengan dosen tersebut, tetapi makin ke sini saya termasuk orang yang mendukung kata-kata nya mengenai on time. Kemacetan di Jakarta memang tidak bisa dicegah tapi bukanlah penghalang bagi kita untuk menepati janji secara on time. Jika jarak rumah cukup jauh dari tempat yang telah dijanjikan, estimasikan waktu yang memang telah melibatkan unsur macet di dalamnya. Misal: janji pertemuan jam 11.00. Jika jarak rumah jauh, jalanlah sekitar 1,5jam sebelumnya dan estimasikan pula waktu macet kurang lebih 30 menit-1 jam. Lalu jalanlah dari rumah menggunakan waktu yang telah mengandung unsur jauh dan macet tersebut.
Saya sebagai pelajar juga termasuk orang yang sedang belajar untuk menerapkan on time dalam kehidupan sehari-hari. Di komunitas dan organisasi yang saya ikuti telah saya sharing-kan mengenai “on time” ini sendiri. Pada awalnya komunitas dan organisasi yang saya ikuti kerap kali memulai rapat dengan ngaret. Mereka mengatakan bahwa ngaret adalah suatu tradisi. TRADISI? Iya, akan tetap menjadi tradisi jika tidak yang mau berubah. Saya sharing-kan kepada teman-teman saya di komunitas dan organisasi tersebut mengenai on time: it’s not about time, it’s about respect. Syukur, belakangan ini rapat dimulai dengan on time dan selesai pula dengan on time. Ketika saya tanyakan kepada teman-teman bagaimana menjadi manusia yang on time, jawab mereka “Enak ya. Jadi bisa mengatur waktu lebih baik.”
Jika kita ingin menjadi manusia yang on time, maka kita harus mencoba berubah dari diri sendiri. Itu yang saya coba. Setelah itu saya coba tularkan virus on time ini kepada teman-teman sekitar saya.
Mengutip kata-kata dari Billy Boen di bukunya “Young On Top”, “Apabila kamu datang tepat waktu, artinya kamu menghormati orang yang akan bertemu dengan kamu. Dan tidak hanya itu, kamu juga telah menghargai diri kamu sendiri karena berhasil memenuhi jadwal yang sudah kamu buat sebelumnya“.
Zaman sekarang kata On Time bukanlah hanya sekadar tepat waktu, melainkan All About Respect. Respect di sini berarti menghargai dan menghormati. Menghargai orang yang sudah berjanji bertemu dengan kita dan menghargai diri kita sendiri terhadap jadwal yang telah kita tentukan. Jika bukan mulai dari kita sendiri yang menghargai diri kita, terus siapa lagi?
Ilustrasinya seperti ini. Saya telah berjanji dengan 3 orang rekan untuk bertemu pukul 11.00 di daerah Jakarta. Pada pukul 14.00 saya harus bertemu dosen pembimbing di kampus. Bisa dibayangkan apabila pertemuan dengan rekan-rekan saya tersebut tidak dimulai dengan on time? Hampir pasti saya juga akan telat bertemu dengan dosen pembimbing saya. Oleh karena itu, baik saya maupun ke 3 rekan saya yang lain harus memulainya dengan on time agar jadwal yang telah diatur dari tiap orang dapat berlangsung dengan baik. Jika sudah begitu, maka kita termasuk sudah menghargai diri kita dan menghargai orang lain pula.
Jakarta macet? Siapa yang tidak tahu? “Jangan gunakan macet sebagai alasan. Perhitungkan waktu kamu dengan telah melibatkan unsur macet di dalamnya!” Ucap seorang dosen saya di kampus. Pada awalnya saya sungguh kesal dengan dosen tersebut, tetapi makin ke sini saya termasuk orang yang mendukung kata-kata nya mengenai on time. Kemacetan di Jakarta memang tidak bisa dicegah tapi bukanlah penghalang bagi kita untuk menepati janji secara on time. Jika jarak rumah cukup jauh dari tempat yang telah dijanjikan, estimasikan waktu yang memang telah melibatkan unsur macet di dalamnya. Misal: janji pertemuan jam 11.00. Jika jarak rumah jauh, jalanlah sekitar 1,5jam sebelumnya dan estimasikan pula waktu macet kurang lebih 30 menit-1 jam. Lalu jalanlah dari rumah menggunakan waktu yang telah mengandung unsur jauh dan macet tersebut.
Saya sebagai pelajar juga termasuk orang yang sedang belajar untuk menerapkan on time dalam kehidupan sehari-hari. Di komunitas dan organisasi yang saya ikuti telah saya sharing-kan mengenai “on time” ini sendiri. Pada awalnya komunitas dan organisasi yang saya ikuti kerap kali memulai rapat dengan ngaret. Mereka mengatakan bahwa ngaret adalah suatu tradisi. TRADISI? Iya, akan tetap menjadi tradisi jika tidak yang mau berubah. Saya sharing-kan kepada teman-teman saya di komunitas dan organisasi tersebut mengenai on time: it’s not about time, it’s about respect. Syukur, belakangan ini rapat dimulai dengan on time dan selesai pula dengan on time. Ketika saya tanyakan kepada teman-teman bagaimana menjadi manusia yang on time, jawab mereka “Enak ya. Jadi bisa mengatur waktu lebih baik.”
Jika kita ingin menjadi manusia yang on time, maka kita harus mencoba berubah dari diri sendiri. Itu yang saya coba. Setelah itu saya coba tularkan virus on time ini kepada teman-teman sekitar saya.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.