Serenada untuk Hujan dan Patah Hati

At first I was afraid
I was petrified
I kept thinking
I could never live without you by my side

Hujan mulai reda. Sisa titik-titik air masih menggaris di langit, menyisakan sedikit gerimis. Kutengadahkan tangan kiri ke atas, seperti hendak menakar takdir hujan di sore yang abu-abu ini. Barisan panjang jalan di hadapanku mulai bergerak. Sketsa perjalanan yang masih berputaran, tentang antara menuju dan yang tersendat di sela-sela.

But then I spent so many nights
Just thinking how you'd done me wrong
And I grew strong
I learned how to get along

Baiklah, sudah saatnya. Aku berdiri. Sesaat mendapati tali sepatuku terlepas dan aku harus berlutut membetulkannya. Lantas dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, kumulai langkah pertama.

So now you're back
From outer space
I just walked in to find you here
Without the look upon your face
I should have changed my stupid lock
I would have made you leave your key
If I'd have known for just one second
You'd be back to bother me

Satu, lalu dua, dan seterusnya. Kuhitung jumlah langkah yang tertinggal di jejak con-block basah trotoar. Satu ayunan kaki kanan ke depan. Satu kepingan dirimu yang kujatuhkan ke belakang.

Oh now go,
Walk out the door
Just turn around now
You're not welcome anymore
Weren't you the one who tried to break me with desire
Did you think I'd crumble
Did you think I'd lay down and die

Sementara hujan masih rinai. Merintik menjadi tempias di wajahku yang pernah kau tangkupkan dengan kedua tanganmu sepenuh hati. Ah, cinta. Ia adalah langit yang lembut melingkupi lingkaran waktu kita. Puisi yang terlipat menjadi tangkai-tangkai bebungaan yang kita tanam ketika pelangi masih rahim di langit yang basah. Seperti sore ini.

Oh no, not I
I will survive
As long as I know how to love I know I'll be alive
I've got all my life to live
I've got all my love to give
I will survive
I will survive
Yeah, yeah

Adakah yang lebih mengajari irama ketukan luka hati selain gerimis sore hari yang semakin mengabur? Sedikit ke kiri. Buat lompatan lebar. Ada beberapa hal yang memang sebaiknya dielakkan. Seperti genangan air di depan. Atau tentangmu. Bukankah pernah kukatakan, hidup ini adalah birama. Maka gambarkan saja tangga nada dan kita berloncatan di antaranya.

“Naik dan turun?” tanyamu.
“Seperti jatuh cinta dan patah hati” kataku.

It took all the strength I had
Just not to fall apart
I'm trying hard to mend the pieces
Of my broken heart
And I spent oh so many nights
Just feeling sorry for myself
I used to cry
But now I hold my head up high

Aku kembali mengambil nada. Berjingkat dalam lompatan, sedikit berputar, mempertemukan kedua tapak kaki di udara. Kepingan-kepingan dirimu semakin berjatuhan, berserakan dalam kenangan yang tertinggal di genangan air belakang. Ah, sepertinya perlu kunyanyikan sebuah serenada untuknya. Tentang kesedihan yang baiklah kusulang menjadi cinta yang indah untuk selanjutnya.

And you see me
With somebody new
I'm not that stupid little person still in love with you
And so you thought you'd just drop by
And you expect me to be free
But now I'm saving all my loving
For someone who's loving me

Hujan sore hari yang semakin menipis seperti mengajakku berlari. Kutarik keluar kedua tangan dari saku dan kurentangkan mereka serupa sayap yang membentangi langit. Satu lalu dua dan aku mulai berlari. Merasakan angin dan titik-titik air serupa embun beriapan di wajah dan helai-helai rambutku, riang gembira. Kepingan besar dirimu yang terakhir terlepas dan terburai di udara. Aku berhenti. Mengambil nafas dan mendengar jantungku menyanyikan orchestra dalam momentum pencapaian. Kutatap lenggang jalan yang terlihat tak berujung di hadapanku. Seorang perempuan berpayung pelangi melintas melewatiku, menyiratkan aroma senja dari ujung gaunnya yang melambai. Aku tersenyum, mengepalkan kedua tanganku dan kembali berlari.

I will survive
I will survive
Yeah, yeah..

[Song: I Will Survive, by Gloria Gaynor] 

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.