lalu dia mulai memanjat.
semua tengadah menatap ramdan yang sudah mencapai ketinggian kira-kira 20 meter. ramdan sedang memukul - memukul martilnya pada piton yang dipasangnya di rengkahan batu, lalu dikaitnya karabiner pada lubang itu di ikat oleh seutas slink. dia memanjat lagi. tampaknya lancar-lancar saja. tebing terjal itu cukup mudah dilaluinya hingga ketinggian 50 meter. di bawah tampak seorang belayer yang selalu siap sedia melihat si pemanjat (climber), tampak belayer dan climber sangat kompak dan terjaga komunikasinya, hal ini untuk meminimalisir dampak yang tidak ingin terjadi yaitu terjatuh dari tebing pemanjatan dan hal itu bisa berdampak sangat fatal.
sufri yang sedang fokus menatap kawannya di atas yang sedang berjuang menaiki tebing lampe 125 tersebut, dia kali ini bertugas sebagai belayer yang bertugas mengamankan posisi climber.
jika seorang climber memanjat tebing atau dinding, maka harus ada tambang penambat yang disebut anchor, yang berguna untuk menahan sang climber agar tidak terlepas jatuh ke tanah jika climber itu terpeleset atau pegangannya terlepas, kalaupun terlepas paling cuma beberapa meter, lalu bergelantung di tebing atau dinding panjatannya, karena ada tambang anchor yang menahannya.
tetapi jika yang dipanjat itu adalah tebing alami, seorang climber yang akan memanjat sebagai leader butuh belayer untuk mengamankan posisinya di tebing itu. belayer ikut memanjat beberapa meter di bawah leader, untuk memastikan bahwa anchor sudah terpasang dengan kokoh. jika anchor terpasang kuat, maka belayer juga kedudukannya kuat pada tebing itu. karena leader dan belayer terikat pada satu tambang yang sama, maka menurut teori, jika leader terpeleset dan pegangannya terlepas, maka semestinya leader tidak terhempas ke tanah karena akan tertahan oleh oleh tambang yang dihubungkan ke tubuh belayer. kalaupun belayer ikut terpeleset, dia juga tidak akan terhempas ke tanah karena tambangnya terikat pada anchor, kecuali kalau anchor itu terlepas dari tebing, maka leader dan belayer akan terjatuh ke tanah.
sufri pun dengan cekatan melihat dan terus berkomunikasi dengan ramdan, yang fokus pada tebing pemanjatan dengan jalur jayagiri yang terkenal dengan kasus terjatuhnya pemanjat karena curamnya tebing pada jalur ini. ramdan mendongak, seolah-olah sedang mengukur kekuatan lawan tandingnya yang harus ditaklukkannya, yaitu jalur pemanjatan jayagiri dengan ketinggian kira-kira 110 meter, di salah satu sisi tebing lampe.
ini mungkin akan jadi pemanjatan ku yang terakhir gumam ramdan pada safri, sambil mendekati tebing dan meletakkan kedua tangannya pada tebing kapur itu, kepalanya menunduk dan mulutnya sedikit bergumam berdoa di ikuti safri.
"sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam."mereka berdua pun berdoa.
Ditempat lain hermawan dan zaelani sedang asik ngobrol, istirahat makan siang dan sholat lohor seusai pemanjatan yang barusan sudah dilakukan pada jalur kelok yang ketinggian kira-kira 106 meter. sambil melihat dan mengamati kedua temannya yang melakukan pemanjatan yaitu ramdan dan safri.
"barudax hati-hati nyak!!!, eta jalur edan!!!"hermawan teriak pada kedua temannya yang sedang memanjat.
matahari sudah meninggi, ramdan terseok-seok kelelahan, dia tetap saja merayap naik bak seorang spiderman, lajunya terhenti oleh sebuah roof (tonjolan tebing yang mirip atap), dia memasang beberapa anchor pada roof tersebut, setelah tambatannya dirasa kuat, dia segera menaikkan lagi tubuhnya hingga hampir dicapainya bibir roof itu.
sementara sufri yang mengamati dan fokus pada temannya itu dan sedang mempersiapkan diri juga memasang anchor pengaman yang kuat pada celah tebing kapur tersebut dengan sesakma dan memastikan achor itu aman dan bisa dipergunakan untuk mengamankan dirinya dan climber.
dengan nafas yang terengah-engah dan tangan yang sudah bergemetaran ramdan pun sudah bisa melewati bibir roff tersebut, kali ini mereka berdua pada posisi yang aman dan sedikit bisa istirahat.
"fri, urang istiharat heula, di roof ieu. maneh aman kan!!!, sok maneh manjat ke posisi selanjutnya," ujar ramdan.
"sip lur.."teriak sufri dari bawah.
kali ini mereka berempat yang merupakan mahasiswa besar dan tertua di kota bandung sedang melakukan pemanjatan, mereka berempat merupakan anggota pecinta alam yang cukup terkenal.
sambil mempersiapkan pemanjatan, kali ini sufri yang naik ke atas mendekati ramdan.
kali ini sufri yang melewati roof yang terkenal kesulitannya, kali ini dia kudu berhasil, karena disini dititik terakhir si sufri waktu menjejal tebing lampe dia tidak sampai ke top (puncak) 110 meter.
zaelani tiba-tiba teriak ngeri saat sekoyong-koyong melihat sufri terpeleset, tapi...karena anchor sudah terpasang dengan kuat pada tebing ditambah tali pengaman yang menghubungkan ramdhan dan sufri masih terikat kuat pada tubuh mereka masing-masing, tubuh sufri masih menggelantung pada tambang, lalu kakinya menginjakkan lagi tebing. berusaha melewati kembali roof tadi. dia berhenti sejenak, mengatur nafasnya, minum air dan melumuri telapak tangannya dengan mangnesium karbonat yang tergantung pada harnest-nya. lalu memanjat lagi. berkali-kali dia terpeleset, dan bergelantungan, tetapi terus dicobanya memanjat untuk melewati roof itu.
roof itu berhasil dilewatinya,
mereka berdua pun kembali bertemu di roof tersebut, kali ini ramdan mengambil alih pemanjatan dan memasang tali pengaman pada sufri yang kelelahan. dengan cekatan ramdan memasang tali pengaman primer dan sekunder pada sufri yang sedikit berkeringat dan gemetaran.
sufri kembali sigap dan fokus pada kawannya yang sedang melakukan pemanjatan untuk mencapai top. dengan keahlilan dan pengalaman kali ini ramdan melewati meter tiap meter mencapai top. yang pasti ramdan terus merayap naik. hingga....
sekoyong-koyong batu cadas yang digapainya rontok!!!
ratusan batu beraneka ukuran, berlomba-lomba terjun bebas ke dasar tebing. semua teriak...!!!!
lalu berharap ramdan tidak ikut jatuh bersama batu-batu itu, di ketinggian kira-kira 95 meter, ramdan masih mencengkram rengkahan cadas. belasan meter diatas ramdan, sebuah roof tiba-tiba ambrol runtuh, dan mengirimkan hujan batu ke sang climber. ramdan berusaha bertahan dan memeluk tebing sedikit mendekat ke tebing. tapi beberapa batu menimpa helm-nya. akhirnya ramdan melepas pegangannya. tubuh ramdan meluncur jatuh...
sementara sufri yang terlihat bergelantungan tidak sadarkan diri karena tertimpa batu cadas...
***
bagaimana kisah selanjutnya?
bagaimana keadaan sufri dan ramdan?
dan apa juga yang dilakukan hermawan dan zaelani saat kejadian itu?
nantikan saja!!!
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.