*lalu berharap ramdan tidak ikut jatuh bersama batu-batu itu, di ketinggian kira-kira 95 meter, ramdan masih mencengkram rengkahan cadas. belasan meter diatas ramdan, sebuah roof tiba-tiba ambrol runtuh, dan mengirimkan hujan batu ke sang climber. ramdan berusaha bertahan dan memeluk tebing sedikit mendekat ke tebing. tapi beberapa batu menimpa helm-nya. akhirnya ramdan melepas pegangannya. tubuh ramdan meluncur jatuh...
sementara sufri yang terlihat bergelantungan tidak sadarkan diri karena tertimpa batu cadas...
melihat kejadian itu, zaelani mulai memanggil-manggil hermawan yang sedang keasikkan tidur di tenda, dengan tetap fokus, zaelani yang notabene-nya leader pada organisasi PA ini tetap berfikir jernih dan sambil harap-harap cemas, melihat temannya tidak sadarkan diri.
"fri...safri..
dan...ramdan...!!!"zaelani teriak..
terlihat kepala safri berlumuran darah dan masih bergelantungan pada anchor pengamanan ganda, sementara ramdan yang tidak sadarkan diri masih bergelantungan pada seutas tali. mereka berdua terlihat tidak sadarkan diri dan masih bergelantungan pada seutas tali. kali ini ramdan pun tersadarkan dari pingsannya, dan diusap matanya yang penuh dengan debu, dan melihat ada darah yang meluncur melewati wajahnya, ternyata keningnya robek terkena jatuhan batu cadas, seketika melihat dia masih bergelantungan pada seutas tali sambil melihat temannya sufri, dia berusaha bangkit dan fokus pada keselamatan dirinya dan sufri. dengan kerasan dia meraih kembali celah tebing. sejurus kemudian memasang beberapa pengaman yang kuat guna memasang ascender dan descender untuk menurunkan safri yang terlihat tidak sadarkan diri dan berharap tidak terjadi apa-apa.
dibawah terlihat hermawan dan zaelani melakukan pemanjatan guna melihat kondisi sufri yang bergelantungan di tengah-tengah.
dengan cekatan hermawan memanjat dengan penuh kehati-hatian di belayer oleh zaelani, karena hermawan merupakan senior dari ketiga orang temannya itu, dan hermawan-lah yang merasa bertanggungjawab.
yang tetap berkomunikasi; hermawan memanggil ramdan:
"dan, kumaha maneh?"ujar hermawan.
"kalem weh wan, kumaha ieuh si safri?"balik ramdan.
"geus maneh pasang pengaman heula atuh, urang rek liat si safri."kembali hermawan.
"sip..."
dengan cekatan, ramdan menurunkan safri dengan menggunakan ascender ditambah karabiner, dengan perlahan menurunkan sampai pada posisi hermawan karena kernmantel tidak cukup untuk menuju ke dasar tanah. melihat dengan seksama luka pada safri dan ternyata deyut nadi sudah melemah dan seluruh kepalanya berlumuran darah, sambil mengamankan posisinya hermawan mencoba menurunkan safri yang tidak sadarkan diri,
"brur, maneh siap-siap nyak urang kasih si safri,"ujar hermawan ke zaelani.
"dan acungan jempol dari zaelani menandakan siap."
dengan penuh hati-hati hermawan menurunkan safri dan dibawah sudah banyak orang-orang dan paramedis yang sengaja di telepon oleh zaelani tadi.
sejurus kemudian si ramdan yang masih keukeuh di atas yang pada posisi aman, mencoba turun ke bawah, setelah mendapat aba-aba dari hermawan yang sudah memasang tali kernmantel yang sama, dengan sisa-sisa tenaga mencoba menurunkan dirinya mendekati hermawan, sesekali ramdan istirahat dan terlihat mukanya yang pucat dan kelelahan yang mendera, "hati-hati lur"ujar hermawan.
anggukan dari ramdan menandakan iya, tanpa berbicara sedikit pun demi menjaga sisa tenaga yang dimilikinya untuk menurunkan dirinya.
lalu dia turun, semua bernafas lega, wajah, lengan dan kakinya penuh memar dan banjir keringat
dan semua bisa mengambil hikmah dari kejadian ini.
***
the end
beni hermawan
D1D050054
C.040.GRK
apa pesan moral yang dapat dipetik?bisa teman2 bayangkan dan pikir sendiri!!!
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.