Petualang seringkali bepergian ke ruang-ruang yang belum pernah dikunjunginya. Mendaki ke puncak gunung, menyusuri pantai, menerjang jeram anak sungai, mendaki tebing curam, berjelaga ditengah hutan, atau menyepi ke pulau yang terpencil ke sebuah ruang yang sama sekali baru, dan sering kali ruang itu adalah tempat yang alami atau natural. Mengapa yach kok manusia suka sekali kembali kepada alam? Apakah karena ia berasal dari alam? Mungkin ketika ia pergi meninggalkan alam, lalu membangun tembok, jalan-jalan berbeton dan kota-kota, ia telah mengasingkan sendiri dirinya dari tempat asalnya, maka kembali ke alam menjadi suatu kesempatan untuk menengok 'kampung halaman' dan mengisi energi kehidupan kembali.
Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat dan Dia menciptakan gunung-gunung (dipermukaan) bumi, supaya bumi itu tidak goyang bersama kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (31;10)
Kebesaran ilahi, alam mini memang diciptakan untuk dinikmati bersama dengan sedikit berkeluh kesah, melewati keputus-asaan, bertengkar hebat dengan anggota team, bersama menerjang dinginnya malam, berpanas ria ditengah perjalanan, terseok-seok melewati puncak yang sudah didominasi oleh pasir berbatuan.
Memang saat-saat bersama menikmati keluh kesah, penderitaan, berat beban cariel bawaan, pernah terpikirkan olehku dahulu pada saat indah menikmati keindahan gunung, tetapi harus melewati susahnya penderitaan perjalanan. perjalanan yang seharusnya dimaknai oleh kesadaran untuk berpikir bahwa inilah perjalanan yang sesungguhnya, karena untuk mencapai puncak kita harus terseok-seok merangkak dengan lutut dan tangan tetap harus memegang sesuatu hanya untuk mencapai satu tujuan yaitu puncak gunung, karena dari sana kita bisa medapatkan ilmu bahwa kita adalah makhluk kecil didunia ini, dan sepatutnya kita tetap untuk rendah diri dihadapanNya.
Hari-hari hidup dalam kesendirian, saat bintang bintang mampu berkelip, saat malam menjadi dingin, ketika pagi menjadi seperti biasanya. Tak kan mungkin kita bertahan, hidup dalam kesendirian, panas terik hujan badai kita lalui bersama, saat tak tahu arah tujuan kau tahu arah tujuan, saat hilang arah tujuan justru kau tahu kemana arah yang jelas. Dan kita mencoba untuk melawan dan bertahan dengan bersama-sama. Sungguh tak sanggup bila diri ini berdiri sendiri tanpa ditemani saudara-saudaraku. Dan kita lalui bersama untuk mencoba menulis dan melukiskan kisah kita diruangan ini, di tempat ini.
Betapa berharga kenangan kita lalui, bebas berandai mengulang waktu dan mimpi indah bersama. Masa yang telah kita tapaki bermasa. Dejavu diri mengenangnya, kembalilah saudaraku untuk kita jalani bersama, dan bila kita menangis bersama, tegar dirimu untuk menghadapinya. Sungguh luar biasanya dirimu itu tanpa cinta itupun takkan mungkin yang telah mengisi kealpaan dan mencoba mengikuti jejak langkah mu, dan mencoba merangkul erat dalam dekapan bersama, tegar melawan tempaan dan kerasnya jejak kehidupan ini. Dan bila kuhentikan waktu untuk bersama menikmati waktu kita bersama berangkulan. Andai kembali saat ini kan terlukiskan makna indah, maka jika kalian semua menangis, maka menangislah untuk mimpi yang telah kita lewati bersama.
Hati ku menangis, tertulis dengan pasti dalam kenangan ku bersama. Peluk mesra tubuhku kita semua, semoga hati kita bersatu dan menjadi milik kita bersama, ku kan tenang melewati ini tanpa dirimu, diantara beribu yang lainnya ku mampu lewati masa-masa yang masih dalam tulisan yang Maha Kuasa. Berlarilah tanpa susah untuk meraihnya, bebaskan langkahmu wahai saudaraku. Dan jika waktu telah berbicara dan kalian merasa rindu akan kenangan indah bersama, maka bukalah memori kita bersama dengan keindahan alam, keindahan puncak gunung, dan keindahan suara alam. Kenanglah selalu waktu kita susah bersama. Selamanya kan tercipta indah. Sampai maut menjemput kita semua.
Wahai saudara-saudara ku, kini hati ini mulai resah dan gelisah, kuharap engkau masih menyimpannya. Takkan ku hapus dan meyakinkan mu untuk bercanda riang diatas pendidikan lapangan kita waktu itu, menangis dalam pelukkan dan rangkulan pundak kita masing-masing. Andai ku dapat memutar waktu, sungguh indah perjalanan kita menerobos alam, dan menikmati indahnya ciptaanNya.
Akankah hanya karena alam itu kita membuat terbelangkai tentang berbagai masalah segala keperluan duniawi, menikmati lemah lembut bisikkan tentang alam, mengamati luasnya dan indahnya ciptaannya, mentafakuri ciptaannya, terpukau keindahannya. Selembut sutra kau membelai dengan dingin angin.
berawal dari ilmu yang sengaja aku peroleh pada saat aku berdiskusi sama temanku pada waktu SMA, memperoleh hasil yang cukup membuat saya berpikir dalam dan luas, tentang hubungan dengan lawan jenis.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.