Ada sekelompok katak yang sedang melakukan perjalanan. Namun tiba-tiba, ada dua katak tercebur ke dalam sumur yang dalam. Sekelompok katak yang lainnya berkumpul disekitar sumur, dan setelah melihat kedalamannya mereka meneriaki dua katak yang berada di bawah bahwa mereka dalam keadaan sekarat. Sementara itu kedua katak yang terjatuh tidak mengerti apa yang mereka katakana, malah keduanya berusaha keluar dari sumur dengan segala usaha dan kekuatan. Sedangkan sekelompok katak yang berada dipinggir sumur tetap menganjurkan agar keduanya menyerah karena kematian tidak bias bihindari lagi. Pada akhirnya, salah satu katak tersebut menyerah dan berputus asa seperti dianjurkan oleh kelompoknya, maka dia jatuh ke dalam sumur dan mati. Sedangkan katak yang satu lagi tetap berusaha untuk melompat dengan seluruh kekuatannya, walupun teman-temannya menyarankan agar dia tidak menyiksa diri dan menyerah pada kematian. Tetapi katak ini justru melompat dengan gerakan yang lebih cepat sehingga dia dapat mencapai pinggir sumur dan keluar dari sumur tersebut.
Sesudah itu, teman-temannya berkata, “apakah kamu tidak mendengar teriakan kami?”
Katak tersebut menjelaskan bahwa dia menderita ketulian parsial, sehingga ketika di dalam sumur dia mengira bahwa teman-temannya terus menyemangatinya agar tetap melawan masa-masa bahaya sebisa mungkin.
Bagaimana dengan nilai waktu anda?
Semua loncatan peradaban yang dihasilkan seorang manusia sepanjang zaman, merupakan jerih payah orang tersebut dalam memanfaatkan waktu dan mengambil kesempatan. Dengan kata lain, bahwa semua penemuan dan penciptaan sesuatu oleh manusia tidak akan pernah ada tanpa perenungan dan konsentrasi pikiran. Archimedes contohnya, ia menemukan teori tentang tekanan air ke atas sama dengan berat beban yang menekannya ke bawah, atau lebih dikenal dengan teori tekanan, pada waktu ia sedang mandi. Begitu pula dengan Newton, ia tidak akan menemukan teori briliannya jika tidak memanfaatkan waktu istirahatnya untuk berpikir ketika ia sedang bersandar di sebuah batang pohon. Perenungan seperti inilah yang sangat diperhatikan oleh agama Islam. Untuk itulah, Islam mengajarkan tentang pentingnya waktu, maka tidak mengherankan jika Allah SWT bersumpah demi waktu. Dia berfirman,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh serta saling menasehati dengan kebenaran dan menasehati dalam kesabaran.” (Al-Ashr: 1-3).
Seperti yang kita ketahui, Allah SWT tidak akan bersumpah dengan sesuatu yang tidak mempunyai kedudukan dan nilai yang penting. Untuk itu, Allah SWT bersumpah dengan waktu dan bagian-bagiannya, seperti Demi fajar, Demi waktu subuh, Demi waktu dhuha, Demi siang dan Demi malam. Allah SWT berfirman,
“Demi fajar dan sepertiga malam”. (Al-Fajr: 1-2)
Dan Allah juga berfirman,
“Demi dhuha dan malam apabila telah sunyi.” (Adh-Dhuha: 1-2)
Ayat-ayat tersebut dan sejenisnya diturunkan oleh Allah untuk menjelaskan satu hakikat penting, yaitu nilai waktu dan urgensitasnya bagi manusia agar bisa memanfaatkan setiap detik yang terlewati, dan tidak menghabiskan waktu untuk hal-hal atau sesuatu yang remeh. Seorang penyair membuat gambaran apik mengenai hakikat tersebut dengan berkata, “detakan jantung seseorang menandakan bahwa kehidupan hanyalah menit dan detik yang terlewatkan”.
Seorang asal Inggris mampu memahami dan mengejawantahkan hakikat tersebut secara praktis. Terhitung selama tiga belas tahun dia bekerja di pabrik tenun sambil meletakkan sebuah buku di sampingnya untuk mencuri baca jika ada kesempatan. Setelah selesai bekerja, dia pergi ke sekelah sore dan belajar disana selama dua jam, lalu pulang ke rumah dan istirahat sebentar. Setelah itu, dia kembali membaca dan belajar sampai lampu minyak tanah mati karena kehabisan bahan bakar. Maka ia pun istirahat dan tidur. Kebiasaan ini sudah ia lakukan sejak berumur sepuluh tahun sampai kemudian, dia sudah mahir berbahasa Inggris, memperoleh gelar sarjana di bidang geologi, kedokteran dan menjadi seorang ilmuan terkenal. Siapakah dia? Dialah David Lafingston, seorang dokter dan petualang yang menemukan sumber-sumber sungai Nil. “Kita tidak akan mendapatkan popularitas jika tidak mengetahui nilai waktu. Karena waktu adalah hal paling penting dalam kehidupan. Dialah standar keabadian manusia, tetapi sayangnya, orang-orang pemalas tidak bisa mendengar dan memahami kesalahannya yang telah lalu.” (Syaikhu, B. 2005. Hal Fatal Awan Litabda’ min Jadid; Haddid Masarak. Dar al-Qalam, Damascus-Syria)
24 tahun akan segera terlewati, mimpi ku masih terbenam dalam mimpi ini dan ingat suatu saat nanti aku akan membuat bangga papih (tekad-ku), siang ini tanggal 27 maret 2011 bertepat dengan milad seseorang yang sangat special dalam hati ini, tp saya sudah bisa melupakan dan cukup menjadi “secret admirer” saja karena... *(sudahlah jgn berbicara tentang cinta untuk saat ini). Btw, hari ini saya akan membicarakan tentang sebuah perjalanan hidup saya selama 24 tahun secara eksplisit saja, cerita ini tepat saya milad ke umur 19/20 (klo gk salah) thn bersama mamah “Umiyati” dan papih “si abi yang nama aslinya dahulu “jajang ujang” trus diganti menjadi “Yayat” karena sering pesakitan jd diganti aja “ceuk nenek” (maklum masih jaman baheula). Percakapannya sebagai berikut:
Ujug-ujug weh langsung ke proses persalinan, ok bloggers!!!
Kemunculan; Mamah: tepat hari jumat 28 Maret 1987 klo gk salah kata mamah pas bgt adzan maghrib (pas bgt Allahuakbar awal) kamu brojol dari perut mamah, nangis kamu itu paling nyaring ternyata, buat mama bangga ngelahirin anak laki-laki pertama, si bapa mah masih disamping mama sambil ngusap keringat dan mencium kening mamah (so sweet pisan, iraha urg pny istri *ngarep.com), trus kata dokter bidannya suruh diadzan-in kamu dan iqomah ditelinga kiri. Gak tau suara bapakmu ini yg cempreng atau serek-serek basah nge-adzan-in kamu. Mamah waktu itu cuma sedih dan takut; karena megang kamu sambil gemetaran krn takut jatuh kayaknya. Saya: iya gituh pih???. Papih: ohh, itukan pertama kali papih menjadi seorang ayah, megang kamu yang masih merah merona (bukan merah maroon red: syalku loh, bukan hijabmu) dan kecil polos tanpa sehelai kainpun, menangis sejadi-jadinya sangat kenceng bener dahh… azdan di kuping kanan-trus iqomah dikuping kiri, anehnya pas iqomah kamu langsung diem cuma tersedu-sedu, trus kamu di-elapin pke kain sampai bersih. Adikku: truss truss… Si papih ngelainjutin lagi; ya langsung dikasih ke mamah kamu yg sudah salin dan bersih pasca operasi, trus jam 9 mlm ditete-in (menyusui;bhs bakunya); awalnya nolak, trus dipaksa akhirnya mau juga.
susah untuk mengawalinya
bingung sebenarnya ingin dibawa kemana
suatu waktu yang menyenangkan yang pernah terekam
sungguh menggugahku untuk membawanya kesini
tak pernah sebelumnya berada disana
menjamahnya, menyentuh, dan meraba
melihat kemudian terpana dibuatnya
pesonanya sungguh istimewa membius
mematikan pikiran-pikiran lamaku yang penuh kebohongan
walau tak mudah menggapainya, mencapai puncaknya
ribuan meter, ribuan langkah
jutaan butir pasir, jutaan bebatuan
kerikil tajam, batu raksasa menghadang jalan
kisah-kisah mengerutkan tekat
susah benar...
tapi mereka menguatkanku
sahabat-sahabat yang membawaku kesana
mengajarkanku banyak hal tentang hidup dan persahabatan
(Ryan Avriandy, 2011)
jika ada 1 atau 2 alasan untuk menyerah, carilah 1000 alasan untuk bertahan!
(@ucilukba8)
keren boss, salam kenal
ReplyDeleteoooh ini toh blog yang terkenal di radio itu.. keren kang ben..aha
ReplyDeletehahaha
@Anonymous: hatur nuhun
ReplyDelete@remy: oh pastinja, sudah masuk radio puisi-puisinya...nuhun sudah berkunjung.