Sambutan Presidium Kongres X Kema FMIPA Unpad

Bismillahhirohmanirrohim
Assalammu’alaikum Wr. Wb.

“Disana, di Istana sana, Sang Paduka Yang Mulia Presiden tengah bersenda gurau dengan isteri-isterinya. Dua ratus meter dari Istana, aku bertemu si miskin yang tengah makan kulit mangga. Aku besertamu orang-orang malang…” - Soe Hok Gie, Zaman Peralihan (Ingat, Soe Hok Gie saja suka naik gunung alias berpetualang, diskusi/debat dan baca buku)

Tiap detik malam ini semakin membuatku sadar terhadap apa yang seharusnya kusadari. Menapikan jejakku yang hanya serpihan kecil di tengah padang ilalang. Terlalu mikroskopis dibanding hegemoni semesta, sebuah tirani yang selama ini justru ter-tirani. Ujung Bandung timur ini bukan ujung segalanya. Tapi sejauh mata memandang hanya tampak oasis ujung yang juga sedang mencari ujung. Serpihan titik terang di kubah langit tampak anggun menjadi koreografi atap. Mereka berkolaborasi menertawakan kita yang terlalu berfantasi hingga terlena dalam fana. Terlalu lemah di hadapan ombak yang tak pernah berhenti berlari, terus bergulung-gulung, dan saling berkejaran. Meskipun pada akhirnya pecah dan terdispersi di bibir pantai. Atau terhempas karang terjal yang secara de facto terjal yang menghadang dengan frontal.

Kehadiranku disini bukan realisasi dari amorfati. Justru sebaliknya, mungkin absolut 180 derajat berbeda. Aku masih ingin berdiri di hamparan pasir putih dan mewujudkan mimpi. Aku masih ingin visualku melihat saat bahagia yang ingin kucapai. Dan aku masih ingin tertawa bersama mereka yang kucintai. Perhatikan sisi timur. Inikah filasafat alam yang sebenarnya selalu tersaji di hadapan kita namun sering terabaikan? Cahaya, yang hampir selalu mendapatkan konotasi positif, justru datang dari bawah. Meskipun sebelumnya gelap, ketika dari sudut pandang kita sudut elevasinya semakin besar, ruang kita akan semakin terang. Sudut elevasi? Ya, sudut antara sebuah garis dengan proyeksi tegak lurusnya pada sudut tertentu dengan suatu sumbu sebagai acuan. Ternyata seperti itu. Rasanya aku sudah mendapatkan konklusi absurd namun masif. Jadi aku harus lebih membuat usaha untuk membuat proyeksi itu. Aku harus menjemput cahaya!!!

Akhir kata, saya ucapkan selamat datang Mahasiswa FMIPA Unpad 2009 di kampus yang berdedikasi tinggi dan penuh dengan intelektual dan kultur religius. Mahasiswa yang notabene sebagai salah satu komunitas dari bangsa ini, yang mempunyai peran sebagai motor penggerak kehidupan bangsa dengan kapasitas intelektualnya dan diharapkan memberikan kontribusi yang kongkret di segala bidang keilmuan dalam roda pembangunan dengan tujuan mulia tercapainya peradaban bangsa yang diharapkan. Yakinlah pada diri kalian adalah orang-orang yang terpilih yang memang sepantasnya untuk menjadi mahasiswa FMIPA Unpad 2009. Dan yang terakhir “Karena Alam Mengajarkan Kebenaran”.

Presidium I
Beni Hermawan
C.040.GRK/D1D050054

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.