Panduan Lapangan Primata Indonesia 2000

Pada awalnya semua jenis lutung dikelompokkan ke dalam marga Presbytis. Namun, kini ada beberapa marga yang dipisahkan dan dimasukkan ke dalam marga Trachypitheus dan Semnophitecus. Keluarga lutung (famili Cercopithecidae dan subfamili Colobinae) di Indonesia diwakili oleh 10 jenis Presbytis dan 2 jenis Trachypitheus. Anggota Colobinae adalah primata pemakan daun yang mempunyai alat pencernaan seperti hewan pemamah biak, yaitu terdiri dari 4 bagian usus untuk mencerna daun-daun dan juga zat kimia yang dikandungnya.

Ukuran tubuh marga Presbytis berkisar antara 42-61 cm. Ekor umumnya lebih panjang daripada panjang tubuhnya, berkisar antara 50-85 cm, dan berat tubuh antara 5-8 kg. Mereka memiliki warna tubuh dan corak serta bentuk yang bervariasi. Mulai dari kecoklatan, keabuan, hitam atau variasi dari warna-warna tersebut. Bayi yang beru lahir umunya berwarna putih atau terang, sesuai dengan pertambahan umur, semakin gelap hingga sama dengan warna induknya.

Lutung hidup berkelompok, yang terdiri atas 10 hingga 30 ekor, dengan beberapa jantan dewasa di dalamnya. Namun ada pula jenis yang membentuk kelompok kecil berjumlah kurang dari 10 ekor dengan satu jantan dewasa. Misalnya Presbytis comata. Keluarga lutung umumnya bersifat poligami, hanya kecuali pada Lutung Mentawai (Presbytis potenziani) yang mempunyai sistem kawin monogami di dalam kelompoknya.

Luas daerah jelajah lutung sangat bervariasi, mulai dari 35 sampai 60 Ha dengan sedikit tumpang-tindih antara kelompok yang satu dengan yang lain. Umumnya lutung menempati kanopi atas (arboreal), aktif pada siang hari (diurnal). Lutung bergerak dengan berbagai cara yaitu bergantung, meloncat atau merangkak bila berjalan pada dahan yang besar.

Umumnya warna tubuh surili dewasa mulai dari kepala sampai bagian punggung hitam atau coklat dan keabuan. Sedangkan warna rambut jambul dan kepala berwarna hitam. Rambut yang tumbuh di bawah dagu, dada dan perut (ventral), bagian dalam lengan dan kaki dan ekor berwarna putih. Rambut alis kaku tumbuh mengarah ke depan. Warna kulit muka dan telinga hitam pekat agak kemerahan. Surili memiliki iris mata coklat gelap. Anak yang baru lahir berwarna putih dan memiliki garis mulai dari kepala hingga bagian ekor. Panjang tubuh betina dan jantan hampir sama yaitu berkisar 430-600 mm, dengan panjang ekor berkisar 560-720 mm. Berat tubuh rata-rata 6,5 kg.

Presbitys comata tersebar hanya di Jawa Barat, terutama dibeberapa taman nasional, cagar alam, dan hutan lindung.

Surili menempati hutan primer dan sekunder mulai dari hutan pantai, hutan bakau, hutan pegunungan pada ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut. Seringkali ditemukan di zona antara hutan dan kebun.

Komposisi pakan surili terdiri atas daun muda atau kuncup daun (64 %), buah dan biji (14 %), bunga (7 %), dan sisanya (15 %) berbagai jenis makanan lain seperti serangga, tanah, dan jamur. Primata ini kadang-kadang terlihat turun ke lantai hutan untuk memakan tanah. Diperkirakan tanah yang dimakan mengandung kapang yang dapat membantu pencernaannya. Bberapa penelitian menyebutkan bahwa surili memakan lebih dari 75 jenis tumbuhan yang berbeda.

Surili memiliki kelompok relatif kecil, bila dibandingkan dengan jenis lutung lainnya. Jumlah individu dalam kelompok antara 7-12 ekor. Sistem perkawinannya multimale, tetapi monogami, dengan satu ekor jantan dalam kelompok. Masih belum banyak data tentang kehamilan dan masa hidup Surili dalam penelitian, baik di alam maupun di laboratorium.

Pada saat berpindah dari dahan yang satu ke dahan yang lain, surili biasanya meloncat atau kadang-kadang berjalan dengan keempat anggota tubuhnya jika dahan yang dilaluinya berukuran besar. Daerah jelajah tergantung dari besar kecilnya kelompok. Kelompok dengan jumlah individu 4-19 ekor berkisar antara 9-20 ha. Kadang-kadang daerah jelajah tumpang-tindih dengan daerah jelajah kelompok lain. Pergerakan hariannya rata-rata mencapai 900 meter per hari.

Surili aktif disiang hari dan menempati lapisan atas dan tengah kanopi hutan. Pada saat anggota kelompok turun ke dasar hutan untuk memakan tanah, pimpinan kelompok (jantan) selalu terlihat waspada. Anggota kelompok akan segera kembali ke pohon bila ada panggilan dari pemimpinnya. Pada siang hari, saat anggota kelompok umumnya beristirahat, individu muda sering terlihat bermain dengan anggota kelompok, baik jantan maupun betina muda. Surili menggunakan hanya 30 % dari waktunya untuk makan dan 5 % untuk pergerakan, sedangkan porsi waktu yang lebih besar (60 %) digunakan untuk istirahat. Pada malam hari anggota kelompok tidur saling berdekatan pada ketinggian lebih kurang 20 meter di atas permukaan tanah. Biasanya mereka jarang menggunakan pohon tidur yang sama dengan hari sebelumnya.

Hanya ada satu jenis suara yang dikeluarkan (kik... kik.. kik...) dan umumnya dikeluarkan oleh jantan atau anggota kelompok saat ada bahaya. Suara ini diulang terus-menerus, hingga keadaan dirasa aman. Selain sebagai tanda bahaya, suara juga dikeluarkan saat kelompok mulai meninggalkan pohon tidur.

Lutung ini endemik di Jawa Barat. Keberadaan satwa ini sudah dilindungi undang-undang. Penyusutan habitat merupakan ancaman terbesar bagi populasi surili. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat di Pulau Jawa menyebabkan surili kehilangan sekitar 96 % habitatnya, dari seluas 43.274 km2 menjadi hanya 1.608 km2. Akibatnya, populasi surili di alam terus menurun. Saat ini diperkirakan hanya tertinggal 4.000 sampai 6.000 ekor surili yang menempati daerah konservasi seluas 730 km2. Oleh IUCN, primata endemik ini dikategorikan sebagai primata yang terancam punah. Oleh Pemerintah RI, surili ini telah dilindungi berdasarkan SK Menteri Pertanian tanggal 5 April 1979, No. 247/Kpts/Um/1979, K Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991, No. 301/Kpts-II/1991 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1990.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.