novel pecinta alam 5

Sejurus mata memandang, hari kerayaan setiap minggunya oleh semua umat muslim didunia ini adalah hari Jumat yang akan berkumpulnya semua umat muslim khusus para ikhwan, tepat jam 16.30 seusai sholat ashar team akan mangadakan pelepasan yang menurut saya yang terlalu di dramatisir oleh anggota team yang lain. Hadirlah dari perwakilan setiap himpunan di jurusan masing-masing, perwakilan PA jurusan, BEM, BPM dan UKM basket.

Terpikirkanlah oleh saya pada saat itu, aPakah kesiapan team sudah siap benar. Logistik, alat-alat lapangan, tenda, SB, dll sudah siap semua. Kondisi fisik semua anggota kulihat satu persatu oke semua, tidak ada yang perlu diragukan kembali
Tiba saatnya untuk keberangkatan menuju stasiun Kiaracondong, seperti biasa tidak ada hal yang khusus untuk perjalanan ini, hanya didominasi oleh panas, gerah, tidak nyaman, dan capek. Selama 16 jam hanya duduk terPaku di bangku berhadapan 4 orang di Kereta Api Mutiara Selatan kelas ekonomi.

Hari yang sangat melelahkan sempat belum seperti ini kembali capeknya yang sudah berpengalaman menuju ke Surabaya naik KA ekonomi dari Bandung yang ingin menuju ke Probolinggo, Jawa Timur dahulu yang hanya menaiki Gunung Argopuro. Sisa-sisa kehidupan masih terlihat di Stasiun Gubeng Surabaya, sempat kulirik jam tangan oh ternyata kita telat 15 menit dari jadwal sampai KA reot ini, sempat-sempat ku berpikir panjang dalam hati, dari Stasiun Gubeng Surabaya kita akan berangkat menuju Banyuwangi Kota di Pulau Jawa yang paling ujung Timur, ku sengaja menuju ke salah satu petugas KA disana,
“Pak klo KA ke Banyuwangi dah datang apa belom ya Pak?”dengan nada sedikit memelas dan bertanya.
“Oh Maaf, Mas Kereta Apinya sudah Berangkat sekitar 10 menit yang lalu!!” dengan nada Jawa yang Khas.
Oh tidak, sempat terpikirkan oleh ku, dan kondisi team ku yang mulai terlihat kekecewaannya dijauh sana.
Okeh Pak, matur muwun!!!jawab ku singkat dan langsung berpaling meninggalkannya.

Setelah angin Surabaya sidikit berbisik, dan ditemani oleh sunyi senyapnya suasana disana, setelah dirapatkan sejenak oleh team, akhirnya kita sePakat untuk bermalam di Stasiun Gubeng, baru besok pagi kita akan sedikit bergirilya kembali untuk melanjutkan perjalanan yang terganggu sedikit oleh keterlambatan tersebut.

Beralaskan spanduk salah satu sponsor yang sengaja oleh temanku Opick menjadi alas untuk tidur, berselimutkan angin malam yang memang tidak begitu dingin pada alam itu berbeda dengan suasana kota Bandung kalau memasuki malam hari, dan memang terasa oleh semua anggota team tidak nyenyak tidur merasa gerah, panas, dan ditemani oleh nyamuk-nyamuk malam yang sengaja tanpa permisi mengambil yang bukan hak-nya itu.
Gemuruh suara operator KA membangunkan seluruh anggota team, lumayan sedikit istirahat di hari yang penuh keluh dan kesal itu, dan suara KA pertamina lewat dengan gerbong penuh dengan tulisan Premium 5000 liter.

Setelah membeli tiket untuk keberangkatan KA jurusan Banyuwangi yang sengaja kita tidak lanjutkan menuju Bali takut kemahalan harga tiketnya, setibanya di stasiun baru Banyuwangi kita team sengaja beristirahat sejenak di depan pintu keluar, dan sudah banyak calo yang menawarkan harga, dan sudah tidak diperdulikan kata – kata calo tersebut. Dan sedikit bertanya ke petugas KA ditunjukkan arah Pelabuhan Ketapang.

Jam 16.00 WITA sampai di Pelabuhan Ketapang dengan suasana yang indah sambil tidak lupa mencuri waktu untuk sekedar berfoto riang di depan pintu masuk pelabuhan, dengan harga tiket sebesar Rp 4.000,- hanya untuk menyebrang ke Pulau Bali, menikmati alam yang indah, jangan terlalu cepat kau ingin segalanya dari diriku ini, jangan terburu-buru akupun masih menikmati alamMu ini, begitu banyak perhatianMu yang telah Kau berikan, terlalu yakin diriku ini akan kebesaranMu ini walau hanya sekejap memandang indah AlamMu ini. Berapa banyak pena dan tinta yang tak mampu ku lukiskan di secarik kertas ini, sangat indah, ini baru keindahan di Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk Bali bagaimana dengan keindahan di Gunung Rinjani disana?

Perjalanan pun dilanjutkan kembali menuju terminal besar di kota Denpasar, Bali. Di terminal Ubung, Bali akan kembali diteruskan menuju Pelabuhan Padang Bai. Dan menyebrang kembali ke Pelabuhan Lembar Pulau Lombok dan diteruskan menuju terminal Mandalika, suasana Gunung Rinjani kembali terasa kembali diperjalanan menuju kabupaten Sembalun Lawang, perbukitan kaki Gunung Rinjani kembali tersaji indah diselingi oleh hutan hujan tropis nan indah, terlihat Macaca dan Traphitecus tersaji indah menemani setiap perjanan menuju titik awal pendakian di Sembalun Lawang, Nusa Tenggara Barat. Dan sudah direncanakan oleh semua anggota team untuk berangkat besok pagi sekitar jam 5.00 pagi waktu Indonesia bagian tengah.

Suasana pagi jam 4.00 pagi team sudah terbangun dari tidurnya, suasana pagi nan gelap gulita, dingin mencekam, dan rasa takut pun tercipta dikala diriku ini menaiki Gunung Rinjani tersebut. Sempat terpikirkan oleh ku kira-kira berapa derajat di atas sana?wah sudah tidak terbayang diriku ini, di kaki Gunung saja sudah sedingin ini bagaimana kalau dipuncak sana ya?

Sesudah sarapan ala kadarnya, mempersiapkan segala sesuatu menuju puncak, dan alat penerang ditangan, dan sesudah berdoa dan pemanasan guna memperkecil cidera yang akan dialami selama perjalanan menuju pos setiap pos selama perjalanan. Sesudah sholat berjamaah bergantian, team langsung berjalan menuju titik, yaitu Plawangan Sembalun, sebuah tempat yang belum kebayang seperti apa tempatnya hanya melihat di litelatur oleh orang yang sudah menuju ke Gunung Rinjani.

Setiap pos demi pos sudah terlewati, panas sinar matahari membasahi baju lapangan setiap anggota team, dengan nafas yang tersengal-sengal tetap konstan langkah demi langkah tapi pasti naik keatas, melawati kali mati, padang ilalang nan rata dengan persiapan air mulai menipis karena diminum secara tidak memanusiawi, dan baru terasa betapa nikmatnya seteguk air yang segar. Dikala suasana yang cukup panas, dan team pun sudah mempertimbangkan segala resiko yang akan dialami jika melewati jalur pendakian Sembalun Lawang, yaitu akan melewati Padang ilalang nan panas jika melewati sampai tengah hari, itulah salah satu ujian yang akan ditemui, selain medan yang kontinu padang ilalang dan batu-batu cadas, dengan kemiringan sekitar 40 – 60 derajat setiap jalur yang dilewati setiap pos.

Memang rasa kesal dan peluh menanggapi setiap anggota team, dan tibalah pada pos bukit penyesalan, yang harus dilewati 6 buah bukit dan inilah tantangan terbesar pada setiap team, melewatinya serasa ingin balik kembali ke titik awal pendakian karena merasa tidak sanggup melewatinya. Bukit pertama dilewati ternyata ada bukit kembali dan terus menerus hingga sempat ada kata putus asa dalam kamus hati saya. Dan inilah perjuangan yang berat, melihat anggota team yang lain Opick, Dian dan Mamat dengan tetap kontinu terus melangkah tapi pasti menuju keatas bukit, dan saya pun tetap melangkahkan kaki saya mengikuti langkah kaki teman-teman saya.

***

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.