Sebuah Nama: Terima Kasih

selamat ulang tahun. bahkan kita berdua belum pernah bertemu. username-mu adalah satu-satunya yang kutahu, begitu pula dirimu terhadapku. akan tetapi, hal tersebut tidak membuat kita tidak saling mencoba tahu dan kenal. meski tak dekat, kita terkait dalam satu forum yang sama. setidaknya dengan ucapan ulang tahun singkatmu itu padaku, aku tahu kamu sudah memikirkanku dan peduli padaku meski hanya beberapa detik saja.

aku tersenyum ketika nama itu muncul di papan notifikasi facebook. justru yang kuharapkan dan kutunggu sejak awal. hanya sebuah nama, tapi setidaknya dia mengingat hari ini hari ulang tahunku. sekarang kita berpindah dari forum tersebut ke facebook, maka kamu memilih media ini untuk mengucapkannya padaku. lagi pula, selain facebook hubungan kita hanya berkisar antara forum dan YM. tidak lebih, hanya sedangkal itu. namun dengan ucapan itu aku tahu setidaknya kamu mengingatku sedikit saja ketika mengetikkan ucapan dan doa sederhana itu untukku. terima kasih.

mention itu kudapat ketika aku baru saja mengecek twitter-ku di pagi hari. sekali, dua kali, bahkan berkali-kali aku membaca mention itu. sebuah nama yang selalu istimewa di hatiku. walaupun mungkin kebodohanku sudah mengubah sedikit hubungan pertemanan kita, tapi ternyata efeknya tidak serusak itu. kita masih bicara, kita masih menyapa, kita masih bertukar kabar lewat social media.

selamat ulang tahun. kubaca ulang kembali ucapan singkat beserta doa itu. setidaknya aku tahu dia memikirkan dan ingat padaku beberapa detik saja ketika menulis ucapan itu. itu cukup buatku yang mencintaimu dan kamu yang sudah menolak cintaku. terima kasih.

selamat ulang tahun. aku tidak menyangka pagi ini akan bangun karena namamu di ponselku. bukan sebagai notifikasi facebook, twitter, YM, atau email. namun, namamu menghantarkan sebuah pesan singkat hangat. mataku mengerjap dan tersenyum. kamu selalu berbeda dan menarik perhatianku dengan berbagai cara. membaca namamu saja bisa membuatku bibirku merangkaikan senyuman.

di tengah keramaian social media tempat kita sama-sama tergabung, kamu memilih pesan singkat. klasik, tapi untukku begitu berharga. setidaknya aku boleh merasa kamu menghargaiku seprivat itu, bukan di antara bisingnya tweet dan wall message. terima kasih.

selamat ulang tahun, bilangmu sopan. kujawab dengan suara parau yang berusaha kusembunyikan tapi gagal. dengan kesadaran setingkat orang bangun tidur aku hanya bisa mencerna semua ucapanmu dan doa-doamu. sisanya, aku hanya bisa mengiyakan, mengangguk singkat, dan kemudian kamu dengan sopan mengakhiri telepon serta menyuruhku kembali tidur.

alih-alih tidur kembali, malah wajahmu terbayang di pelupuk mataku. Kuingat-ingat pertemuan kita yang sudah lama sekali serta tahun demi tahun hubungan kita. banyak drama, ya karena akulah penciptanya, tapi kamu sama sekali tidak memprotesnya. aku ingin bertemu denganmu hari ini, namun semua itu tidak sempat kukatakan tadi. telepon darimu saja sudah cukup membuatku tertegun dan merasa istimewa. ya, setidaknya sekali dalam setahun hanya dalam beberapa detik saja kamu memikirkanku dan berusaha menghargai keberadaanku. terima kasih.

tahun keenam. seharusnya ada ucapan ulang tahun keenam. setelah Bandung–Jakarta–Bogor, Bandung–Banjarmasin-Jakarta, sekarang apa lagi? apa lagi? apa pernah jarak hati kita lebih dekat dari pada jarak datar muka bumi itu? tidak, tidak pernah. pagiku di sini datang lebih terlambat dari pada pagimu di sana. semoga ucapanmu masih selalu datang pagi hari, seperti secangkir kopi yang hadir di meja kerja. hangat dan manis.

pintuku terketuk, aku bergegas turun dari ranjang untuk membukanya. siapa tahun itu paket hadiah darimu. ah, kurasa kamu tidak akan sebaik dan semanis itu untuk repot-repot mengantarkan hadiah padaku. ucapan dan setangkup doa dalam berbagi bentuk darimu saja itu sudah lebih dari cukup bagiku. setidaknya aku tahu kamu masih sempat meluangkan beberapa detik untuk memikirkanku meski sekarang sudah hampir jarang sekali kita bertatap muka.

aku membuka pintu itu, tidak peduli dengan wajah bangun tidurku. beberapa jenak setelah pintu itu terbuka aku masih terkejut. memang sebuah hadiah dari kamu si pemilik sebuah nama. mungkin termanis yang pernah aku terima. terimakasih.

kamu bukan hanya sebuah nama hari ini. kamu mengantarkan dirimu sendiri padaku. Bogor, 08-12-11

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.