I Wish (Sebuah Catatan Kecil)

Bahkan kita berdua belum pernah bertemu. Nama-mu adalah satu-satunya yang kutahu, begitu pula dirimu terhadapku. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuat kita tidak saling mencoba tahu dan kenal. Meski tak dekat, kita tidak terkait dalam satu forum yang sama. Setidaknya dengan ucapan singkatmu itu padaku, aku tahu kamu sudah memikirkanku dan peduli padaku meski hanya beberapa detik saja. 

Sebuah nama yang selalu istimewa di hatiku. Walaupun mungkin kebodohanku sudah mengubah sedikit hubungan kita, tapi ternyata efeknya tidak serusak itu. Kita masih bicara, kita masih menyapa, kita masih bertukar kabar lewat social media. Setelah Bogor – Jakarta, Bogor – Ciamis, sekarang apa lagi? Apa lagi? Apa pernah jarak hati kita lebih dekat dari pada jarak datar muka bumi itu? Tidak, tidak pernah. 

Pagiku di sini datang lebih terlambat dari pada pagimu di sana. Semoga ucapanmu masih selalu datang pagi hari, seperti secangkir kopi yang hadir di meja kerja. Hangat dan manis. Terimakasih. Kamu bukan hanya sebuah nama hari ini. Kamu mengantarkan dirimu sendiri padaku. Kamu adalah jawaban disetiap doaku. Kamu adalah buffer disetiap kondisi asam dan basa-ku. Kamu adalah antibacterial yang dikala banyak yeast mold, bacterial muncul.

Saat semua pelajaran terambil dengan baik, dimana jatuh tak lagi dipandang sebuah kesakitan. Ketika jatuh menjadi penyemangat untuk bangkit. Kala jatuh itu menjadi titik pendekat kita dan Sang Pencipta. Duduklah dengan manis disana, aku akan menghapirimu, I wish.

1 comment:

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.