Allah, laisa kamistlihi sya’i-un. Ga bisa disamain dengan yang laen. Gk sama makhluk lainnya klo lebih jelasnya ‘mah karasep jeung gareulis (sunda pisunlah, :))
Tapi contoh berikut ini adalah ilustrasi tentang doa dan amal saleh. Saya ilustrasikan seperti ini, ada seseorang dengan kain sarungnya dia keluar kamar. Pagi hari. Dia tereeaak di depan rumah kosannya. Teriakan kecil, "Bang, bubur..." Tanda mesen bubur. Inilah saya bilang, dengan doa. Kita mengatakan, "Ya Allah, ya Allah, ya Allah...". Kita masih butuh amal saleh, agar doa kita dikabul Allah. Apabila kita mau cepat dikabulkan Allah, coba lihat ilustrasi berikut ini:
Kita lihat si tukang bubur sedang melayani antrian pembeli buburnya. Susah nih buat dilayanin. Masuk dalam daftar antrian. Kalau mau gampang, menyeruak saja ke dalam antrian, taruh langsung uang di sana, "Bang, ini uangnya, kembaliannya buat abang dah". Wah, dijamin tuh, kayaknya si tukang bubur akan memprioritaskan kita.
Tinggallah yang laen terbengong-bengong dan mengatakan, "kita kan udah nunggu dari tadi...". Iya benar, tapi yang ini bayar duluan, begitulah niscaya tukang bubur akan mengatakan kepada pelanggannya yang laen. Terus, mereka-mereka ini pada bilang lagi, "Iya, kita-kita ‘kan bisa bayar duluan juga...". Si tukang bubur tersenyum, lalu ia bilang, "Kenapa ga dari tadi?".
Begitulah wahai saudaraku, amal saleh memang akan membedakan kita semua dari yang laen. Apalagi dalam kaitannya dengan doa dan harapan kita. Berdoalah kita pada-Nya, jangan dengan tangan kosong. Tapi berilah sesuatu ke Allah, dari amal sedekah kita, dan amaliyah keseharian kita. Insya Allah bayaran ini pun bukan buat Allah, tapi kembali lagi pada kita. Mudah-mudahan Allah menerima amal kita.
Melanjutkan si tukang bubur, kalo mo lebih cepat lagi, pesen lah dari pagi-pagi. Sebelum dia pada di datengin pembelinya. Kita udah naro mangkok dan uang duluan. Begitu si tukang bubur membuka gerobaknya, maka kitalah pelanggan pertamanya.
Inilah saya bilang dengan sholat dhuha. Ketika para pencari dunia yang laen sudah berburu dunia, kita pun udah start. Tapi kita mampu nginjek rem. Kita berhenti sejenak, dengan air wudhu yang sudah kita bawa dari rumah, kita kemudian tegakkan shalat dhuha. Subhaanallaah, tentunya Pemilik Dunia akan memilih kita untuk menggenggam dunia-Nya. Luar biasa kan? Pagi-pagi kita udah lapor sama bos. Ibarat tukang bubur yang udah di pesen dari pagi, ia akan memprioritaskan kita dulu dan akan lebih mengingat kita ketimbang pembeli yang lain.
Subhaanallaah. Maha Suci Allah yang ga pantes saya samakan dengan makhluk-Nya. Allah tentu saja Maha Mengingat. Coba saja kita lakukan itu. Dhuha nya disiplinkan. Insya Allah, perjalanan doa dan sedekah kita, akan tercapai dengan kecepatan yang mengagumkan. Klo dalam bahasa fisikanya mah Percepatan (Alpha) berbanding lurus dengan usaha dan gaya, usaha besar dan ditambah dengan gaya besar maka percepatannya akan gede pula. Apalagi Allah dan Rasul-Nya menjanjikan pahala kebaikan Dhuha yang luar biasa. Shalat dhuha dua rakaat, merupakan pembuka pintu rizki yang, bahkan setara pahalanya dengan ibadah haji dan umrah yang makbul. Bayangkan, yang makbul! Sedangkan kita ibadah haji dan umrah benernya saja beloman tentu makbul. Dan segudang lagi fadhillah Dhuha yang besar sekali manfaatnya dunia akhirat. Kalo bisa, jangan dua rakaat shalatnya. Tapi empat, enam atau bahkan delapan dan dua belas. Insya Allah, jadilah hamba-Nya yang berbeda.
"Kecuali, kita dah di kenali sama si tukang bubur, sebagai pelanggan tetap" begitu saya bercerita. Si tukang bubur akan nganterin bubur, diminta tanpa diminta. "Asw., Pak-Bu, ini bubur panasnya. Silahkan di santap. Masih panas. Enak," begitulah si tukang bubur bakal bertutur ketika menawarkan buburnya. Bahkan, si tukang bubur masih melengkapi dengan seledri, kerupuk, sate usus/kulit ayam dan sambel tambahan. Jaga-jaga kita membutuhkannya. Kenapa bisa demikian? Ya itu tadi. Kita biasa mesen sama dia. Jadi, mesen ga mesen, dianggap mesen. Bahkan sudah tidak perlu harus membayar cash lagi. Dah ga penting. Hubungannya lebih dari sekedar penjual ke pembelinya. Tapi antara penjual dengan pelanggannya “Hubungan emosional”.
Maka, biasakanlah berdoa. Justru di saat kita sehat, lapang, ga ada keperluan, ga ada hajat mendesak, sedang kaya, sedang jaya, sedang lancar-lancarnya usaha, sedang baik-baiknya anak-anak dan keluarga. Insya Allah ini akan menjadikan kita dikenal di langit sebagai orang-rang yang bila berdoa, sekali angkat tangan Allah akan kabulkan. Bahkan seperti cerita di atas, ga perlu mengangkat tangan saja, sudah Allah akan berikan yang baru terbersit di hati dan pikiran. Masya Allah.
Juga biasakanlah bersedekah di saat-saat di mana Allah melapangkan semua jalan bagi kita. Supaya Allah jaga nikmat-Nya untuk kita dan senantiasa ditambah segala nikmat sebab kita dah jadi hamba-Nya yang bersyukur. Subhaanallaah, semoga Allah dan para malaikat-Nya betul mengenali kita sebagai hamba-Nya yang saleh, rajin dan taat beribadah. Amin Allahumma. Amin.
Ngomong-ngomong tentang "mesen bubur dari pagi", ada yang lebih dahsyat lagi. Kita datengin aja tuh tukang bubur dari malem. Jauh sebelum ia jualan esok paginya. Ntar tuh tukang bubur kaget sendiri. Kita dateng, kita kasih mangkok dan kita bayar dia. Seraya kita mengatakan kepada nih tukang bubur, "Bang, anterin ya besok pagi. Saya pengen makan itu dari pagi-pagi". Percaya dah, kayaknya si tukang bubur, ga perlu nunggu dia punya gerobak rapih, ia akan menyegerakan merapihkan bubur pesenan kita dulu.
Inilah yang saya sebut dengan mintalah sejak malam. Yakni lewat tahajud, lewat shalat malam (QL=Qiammul Lail) dengan formasi 4-4-3, bukan formasi sepak bola tp 4 rokaat tahajud 2 kali, 3 rokaat witir dan klo bisa ditambah 2 rokaat sholat sunnah Fajar dan jgn lupa sholat subuhnya jgn mpe ketinggalan mas brow. Ketika hamba-hamba Allah bersiap-siap dari pagi, kita sudah bersiap sejak malamnya. Masya Allah. Kita terjaga dari tidur kita, sebab kepengen menghadap duluan ke hadirat Ilahi Rabbi yang memiliki pagi, siang dan sore. Allah pemilik segala hasil dari ikhtiar kita. Bahkan Allah lah yang memiliki ikhtiar kita. Kalau DIA tidak menghendaki kita berikhtiar, adalah mudah bagi-Nya. Dengan dibuat sakit kepala saja, maka bisa jadi kita akan segera memarkir badan kita dan beristirahat. Dan sebaliknya, karena rezeki juga milik-Nya, maka kalau DIA sudah berkenan menjadikan rezeki menjadi bagian dari rezeki kita, maka ikhtiar kita menjadi tidak perlu bagi-Nya. Bisa saja kita kemudian diberi-Nya rezeki bukan lewat jalan ikhtiar kita.
Pengen jajal? Coba saja istiqomahkan bangun malam, dan rasakan perbedaannya di kehidupan kita, di kualitas hidup kita, di perbedaan hasil kerja dan usaha kita, termasuk di perjalanan doa dan sedekah kita.
So, buat apa lagi coba, gera ‘derr weh karasep gareulis!!. Sedikit lagi saya tambahkan, dahulu pernah ada yang sering saling membangunkan saya/dia klo mau QL, sekarang tidak lagi. Karena apa?karena saya takut pada saat bangun jam 3.15 pagi, niatnya cuma buat miscall/sms si dia (lawan jenis) untuk bangun bukan niat karena Allah ta’ala. Susah bangun jam 3.15? beuhh keboo dasar!! Sarua seperti saya dulu, tp coba-coba dan trus coba, mungkin saya kasih tips and trick bangun jam 3.15, nih:
1. Usahakan udah gosok gigi+cuci bengeut sebelum tidur, mimi susu anget dulu deh, gk ada mmm teh manis weh cukup.
2. Pejamkan mata; trus baca surat Al-Ikhlas 3x, Al-Falaq 3x, An-Naas 3x, baca doa tidur, klo bisa ditambah surat Al-Baqoroh 255 (red: ayat kursi).
3. Pasang alarem dari Hp jangan lupa; klo bisa ringtonenya musik ajep2 (genre: dangdut koplo, slowrock, poprock, regaee) biar goyang pas susah bangun; klo saya pke Avenged 7fold nyang Afterlife atau Alterbridge-Open your eyes coba dech.
4. Minta tolong sama mamah/papah/temen kosan untuk bangunin jam 3.15; biar sekalian jamaah QLnya, pan seru tah!.
5. Masih gk bisa juga; pke ringtone-tilawahan gih, meh kuping maneh gk tuli and setan pada kabur.
6. Saling membangunkan klo bisa; tp sesama jenis kelamin, alasannya diatas tadi weh, pke metode miscall berantai (misal: aci-acu-ici; aci miscal acu, acu miscal ici dst)
7. Niatkan semua untuk Allah bukan untuk yg lainnya, insya Allah pasti bangun.
***
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.