Pagi yang indah, bale-bale pun mulai terlihat indahnya dipojok kos-kosan sebelah timur jauh kota Bandung yang menjadi tempat transit sementara para penduduk Jakarta yang penat dengan rutinitas sehari-hari yang menuntut deadline secepatnya, ya masih jauh dari pusat kota Bandung sebuah kota sub urban seperti ingin bergaya macam-macam para pemuda lokalnya yang malah salah bergaul dan salah berpenampilan, kota yang dikala adalah sebuah tempat indah karena banyak terdapat, ladang Manihot esculenta dengan di sela-sela oleh sawah Oryza sativa yang luas nan indah, kini berubah menjadi kawasan ekonomi yang paling elitte, menjadi perumahan yang disewakan alias kos-kosan, tempat makan alias warung nasi, toserba 24 jam, fotocopy-an, loundry and drycleaning, dll. Ya Jatinangor kota tersebut. Terletak di sebelah timur nan jauh disana alias Km 21 klo dari pusat kota Bandung alias alun-alun kota.
Benar-benar telah berubah, semenjak kota tersebut kedatangan para kaum intelektual, kaum yang seharusnya membawa perubahan integralistik pada masyarakat ini, dan seharusnya sebagai kaum yang pemberontak bila ada sedikit saja hal-hal yang berbau ketidakadilan, tetapi nyatanya malah diam terpelongok melihat kejahatan nepotalisme tersebut. Menjadi kawasan pendidikan sejak tahun 1995 yang sejak itu hanya ada kampus baru Unpad dan STPDN yang sekarang IPDN dan terus bertambah ada Unwim dan Ikopin.
Dari utara beriringan petani-petani dengan sepedanya membawa bertumpuk-tumpuk damen, menandakan kerinduan tiga bulan sekali para petani terhadap hasil panen telah terbayar. Walau hanya menghasilkan sedikit dari kerasnya usaha mereka. Terjepit diantara harga pupuk yang melambung, minyak tanah yang semakin mahal serta sulit didapat dan rengekan anak-anaknya minta dibelikan sepatu baru untuk masuk ke sekolahnya yang baru. Ibu-ibu yang menjual nasi bungkus keliling ke tiap kosan mahasiswa yang kere. Suara alam di kamar masing-masing berupa nyanyian dari speker butut yang sengaja dipasang gede-gede biar tambah hidup suasana dikamarnya.
Teman-teman ku yang satu lagi adalah Yana Supriatna. Kalau diterusuri dari namanya pastinya anak Sunda asli. Yups, benar sekali seorang anak Bandung, berbadan besar kedua dari si dian, orang lucu, pemalu, dan banyak digemari oleh cewek-cewek seangkatannya, katanya sich ngegemesin. Seorang yang suka mengamati burung alias bird waching, seorang bird wachers dan sering ngumpul bersama teman-temannya pecinta burung di kawasan Ganesa ITB setiap hari minggu pagi pastinya dia nongol disana.
***
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.