Waaooow kalimat yang indah ketika kita bisa mengucapkannya, bisa membuat tenang hidup kita yang sedang galau dirudung kesulitan. Baru 3th belakangan ini saya bisa merasakan indahnya jika kita bersyukur lihat saja tubuh saya yang semakin tambun dari tahun ketahun ini berbeda jauh saat saya masih sibuk mengejar cita2 , harapan dan target yang mungkin sebagian banyak orang mengatakan mungkin saja kalau kita berusaha keras akan tetapi saya sendiri malah terlena dengan kesibukan duniawi sehingga melupakan bagaimana caranya untuk bersyukur atas apa yang telah kita dapatkan selama ini, Kita selalu sibuk melihat apa yang selalu orang lain dapatkan sehingga kita sendiri selalu merasakan iri atas apa yang mereka dapatkan, sehingga yang selalu terucap hanyalah kalimat ketidak puasan, menghardik ketidak adilan, merasa di anak tiri kan dan sebagainya…betul tidak kawan…
Jadi ingat sebuah cerita dari sahabat ketika memperlihatkan rumah barunya yang dibeli dengan harga ratusan juta. Dia memperlihatkan tanahnya yang luas yang rencananya akan mereka tanami dengan pohon buah dan kolam ikan, dalam hati iri juga “gila masa seumuran gw tapi gw aja masih tinggal dirumah kontrakan, kapan gw bisa bisa punya rumah sendiri”.
Dalam hati terus berucap “gw harus kerja lebih keras lagi supaya bisa beli rumah kaya dia” tapi ya allah kenapa juga saya harus iri, banyak orang yang mungkin untuk berteduh menghindari panas n hujan saja tidak punya, bahkan untuk sekedar merebahkan diri dimalam hari yang dingin hanya beralaskan koran bekas atau kardus2 atau bahkan didalam gerobak sempit berisikan satu keluarga, atau bahkan (yang terbaru beritanya) tinggal diatas pohon, sungguh sedih saya melihat semua itu tapi yah lagi2 saya bukan orang berada yang bisa membantu mereka.
Lalu ada sahabat yang lain bercerita pula tentang gadged keluaran baru, mobil, sepeda motor, sepeda yang harganya melebihi harga sepeda motor bahkan sampai pakaian bermerk yang baru mereka beli, rasa iri itu terus menggelayuti di dada ini hinga sesak untuk bernafas, ya allah kenapa juga saya masih merasa iri walaupun dengan pakaian seadanya, hp esia ngoceh yang saya beli 3 tahun silam, gaji secukupnya dan istri yang selalu mendampigni saat senang maupun susah, diluar sana pasti lebih banyak orang lain yang lebih merasakan kesulitan jauh dari yang saya sendiri rasakan.
Kenapa kita harus berlomba2 memperkaya diri kita dengan menghalalkan segala cara padahal kalau kita pernah sedikit saja berfikir berapa kekayaan setiap manusia jika dihargai dengan uang? Berapakah harga tubuh kita jika diuangkan? Berapa harga mata, hidung, mulut, kaki, otak, tangan dan kaki, apa saja yang ada dalam tubuh kita jika dirupiahkan? Saat mata kita sehat, kita tak pernah berpikir betapa berharganya mata kita. Coba saja bayangkan jika suatu saat mata Kita, karena satu hal mengalami kecelakaan, menjadi buta dan kebetulan kita memiliki tabungan milyaran rupiah. Apa yang kita lakukan? kita pasti akan membayar berapa milyar pun untuk mengembalikan penglihatan kita tak peduli jika untuk itu tabungan kita terkuras nyaris habis. Masih teringat ketika sang istri terbaring 1minggu di rumah sakit yang biayanya hampir menghabiskan 1th gaji saya, bayangkan kalau perusahaan tidak menjaminnya, bayangkan orang luar sana yang tidak seberuntung saya. Sepertinya rasa bersyukur itu mahal sekali harganya.
Bayangkan saat tangan atau kaki kita sehat dan normal, kita pun mungkin jarang berpikir betapa bernilainya kedua anggota tubuh kita itu. Namun, pernahkah kita membayangkan andai suatu saat tangan atau kaki kita itu harus diamputasi? jika kebetulan kita orang kaya, kita akan sanggup mengeluarkan ratusan juta atau bahkan milyar rupiah asal tangan atau kaki kita tidak diamputasi dan kembali sehat serta normal seperti sedia kala. Bagaimana pula jika satu sebab bencana tertentu wajah kita yang ganteng/cantik tiba-tiba harus menerima kenyataan rusak parah tak berbentuk akibat terbakar hebat atau terkena air keras? Pasti, kita pun dengan ikhlas dan rela akan melepaskan harta apa saja yang kita miliki asal wajah kita bisa kembali ganteng/cantik seperti sedia kala.
Lalu apakah mungkin kita bisa berfikir sejauh itu saat ini? Pasti tidak, mungakin ada tapi hanya segelintir orang yang memang sudah menjalani makna arti bersyukur tersebut, seharusnya kita sadar betapa kayanya diri kita hanya saja kita tidak sibuk mencari harga yang memang kita butuhkan untuk bertahan hidup didunia fana ini tapai apa iya kita akan terus bekerja dan memikirkan dunia ini terus? ” oh tentu tidak” begitu sule bilang...sorry sedikit jokes biar gak terlalu serius.
Selama ini kita hanya dibutakan oleh materi, materi dan lagi2 materi yang jika kita bisa penuhi baru kita bersyukur itu pun kalau kita ingat tetapi jika kita terguncang musibah sedikit saja kita langsung menghardik pencipta kita yang sebenarnya mungkin itu kesalahan kita sendiri karna tidak mengingat Nya dan lupa untuk mengucapkan rasa syukur itu.
Seharusnya kita terus mengucapkan rasa syukur itu karna tanpa materi pun kita sudah sangat kaya, coba kita lihat tubuh kita yang indah ini, bukankah kita akan tetap mempertahankan mata atau hidung kita meski ada orang mau menawar dan membelinya seharga ratusan juta rupiah? Bukankah kita tak akan rela melepas jantung atau paru-paru kita walau ada orang berani menawarnya seharga semilyar rupiah? Bukankah kita tak akan sudi kehilangan tangan atau kaki kita meski untuk itu kita mendapatkan kompensasi harta yang melimpah-ruah? Bukankah kita pun tak akan pernah rela menyewakan nafas kita barang 5 atau 10 menit meski harga sewanya jutaan rupiah? Sebab, kita amat paham, tidak bernafas 5 atau 10 menit berisiko menjadikan kita mati lemas. Belum lagi jika kita berusaha meneliti udara yang kita hirup saat bernafas. Pikirkan pula air yang kita minum; yang digunakan untuk mandi, mencuci, memasak; dll. Renungkan pula bumi yang kita pijak, sinar matahari yang menyinari setiap hari, air hujan yang turun ke bumi, sinar bulan yang menghiasai malam, jalanan yang kita lalui, pemandangan alam yang kita nikmati, gunung2 yang selalu kita daki ke puncaknya, dll. Bagaimana jika semua itu harus kita beli? Berapa ratus juta bahkan berapa puluh milyar rupiah uang yang harus kita keluarkan?
Namun, alhamdulillah, semua kekayaan dan kemewahan itu Allah berikan kepada kita secara cuma-cuma alias gratis! Tak sepeser pun kita dipungut oleh sang pencipta untuk membayar nikmat yang luar biasa itu. Kita selalu dibutakan oleh nikmat dunia sehingga kita lupa siapa diri kita sebenarnya.
Lalu yang jadi pertanyaannya sudahkah kita bersyukur atau kah malah makin sombong dan takabur oleh apa yang kita miliki saat ini? Sudah berapa banyakkah pujian yang kita ucapkan atas karunia yang tak ternilai harganya ini? Pasti lupa dan gak pernah, ya kan teman? Pernahkah terbesit oleh kita bahwa sesungguhnya ini hanya lah titipan. Mobil, rumah, harta, putra dan putri kita, kepintaran, keberuntungan dan istri kita hanyalah titipan. Pernahkah kita berkata pada diri kita sendiri mengapa pencipta menitipkan sesuatu yang tak ternilai harganya itu? Mengapa pula kita merasa memiliki hak memiliki padahal itu bukan milik kita, jiwa raga kita hanyalah titipan, kenapa kita merasa berat jika semua itu di minta kembali oleh pencipta kita? pernahkah kita beranggapan kalau semua keindahaan itu mungkin sebagai musibah, ujian, petaka, atau apalah...jawabannya lagi2 gak pernah...
Pernahkah kita bersyukur dengan yang kita miliki sekarang? Sebagian besar kita pasti berdoa minta dititipkan yg sesuai dengan hawa nafsu kita, ingin harta yang banyak, jauhkanlah penyakit, kemiskinan, kebodohan yah semuanyalah yang sejenisnya...seolah keadilan dan cinta kasihNya harus berjalan sesuai kemauan ktia. Ketika kita rajin beribadah kita minta Pencipta kita untuk membalas sesuai dengan permintaan kita, seolah kita sedang berdagang dan mengharapkan dapat barang yang bagus dengan harga murah...
Sulitkah untuk kita hanya sejenak saja melihat kebawah, melihat orang2 yang jauh lebih menderita hidupnya dibandingkan kita, bisakah kita coba sekarang? Pejamkan mata anda 5 menit saja rasakan aliran darah yang mengalir deras tanpa mempergunakan bensin atau bahan bakar sejenisnya, rasakan udara yanag masuk ke tubuh kita rasakan paru2 kita yang selalu memompa udara masuk dan mengalirkan ke seluruh tubuh kita, rasakan detak jantung yang terdengar merdu jika ki ta sedang tenang, rasakan hembusan angin menerpa bagian2 tubuh kita, rasakan itu semua selagi kita masih bisa memilikinya karna banyak yang hidup tanpa organ yang sehat dan lengkap sepeti kita saat ini, bayangkan orang2 yang hidup dilampu merah berpanasan ria jika matahari sedang memancarkan senyumnya yang hangat, rasakan jika hujan yang dingin mengguyur mereka, rasakan bagaimana mereka makan sehari hari, rasakan bagaimana mereka bisa tertidur lelap dimalam yang dingin hingga menusuk ke dalam tubuh, rasakan keluarga kecil yang bisa hidup harmonis tinggal didalam gerobak2 sampah.
rasakan jika anak2 kita yang harus mengamen di persimpangan hanya untuk mencari sesuap nasi, hanya untuk mencari sekeping uang 100an untuk menyambung hidup, yang seringkali kita menganggap mereka sampah perkotaan yang memang sering menilai mereka dengan materi, rasakan itu semua jika itu adalah kita dan anak istri kita, rasakan jika kalian yang menjadi mereka, rasakan anak istri kita yang selalu setia menuggu kita dirumah dengan senyuman yang selalu mereka berikan untuk membalas hasil kerja keras kita itu menjadi mereka, apakah masih sulit untuk kita mengucapkan rasa syukur itu? Jika benar sebaiknya anda bercermin bagaimana jika semua itu diambil paksa oleh pencipta kita yang tidak mungkin bisa untuk di negoisasikan lagi, rasakan jika harta benda kita, anak istri kita, saudara kita,orang tua kita dan semua yang kita miliki diambil paksa seperti saat tsunami di aceh, mentawai, jepang dan daerah lainnya, rasakan jika tubuh kita tidak bisa berbuat apa2 lagi, mungkin dengan begitu kita masih bisa diberikan kesempatan untuk berucap syukur sebelum semuanya terlambat, cintailah apa yang kita miliki saat ini dengan mengucapkan rasa syukur.
Semoga ketikan dari keyboard kantor yang saya buat ini walaupun sedikit ’lebay’ kebanyakan ’ngayal’ kata orang2 yang sudah membacanya bisa membuat anda semakin rendah hati, melihat semuanya secara luas dari segala sisi, dan membuat anda bersikap lebih arif dan bijaksana.ciieee...sok bener yah saya...
Huuh cape juga yah ngetiknya…sekarang udah jam12 siang nih waktunya bersyukur atas waktu yang telah kita lewatin sebelumnya... untuk yang muslim ayo kita hampiri panggilan cinta sejati kita...
Salam,
Jakarta,25 maret 2011 ( eh salah tanggal yah )
Ahmad Syarifudin ( Arief )
Email/Fb : ahmadsyarifudin41@yahoo.co.id
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.