Kisah Plato

Sudah lama saya tidak kembali menulis untuk blog ini, dikarenakan sang empu sedang sibuk kembali belajar dan menghafal buku dikarenakan tepat tanggal 4 Mei 2011 kemarin sang empu melaksanakan sidang sarjananya pada Jurusan Biologi FMIPA Unpad, dan Alhamdulillah nilainya A=asikk, hehehe J.
Berikut saya kembali lampirkan tulisan dari buku kenang-kenangan souvenir resepsi pernikahan akang-teteh senior saya (the smart notebook; kado manis dari kami, Irma & Zaki – Lembang, 26 Oktober 2008). Berikut tulisannya :
Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Sang guru menjawab, “Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta”.
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Guru bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satu pun ranting?”
Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tidak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat aku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting – ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatang pun pada akhirnya”.
Sang gurunya kemudian menjawab, “Jadi itulah cinta”.
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi kepada gurunya, “Apa itu pernikahan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya pun menjawab, “Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu pernikahan”.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.