Epilog Dejavu Saudaraku

Masih ingatkah ketika suatu hari kita dipertemukan? mungkin saat itu adalah sebuah kebetulan yang mempertemukan kita. sebuah kebetulan yang telah direncanakan oleh Sang penguasa. Indah, manis, atau bahkan sangat membosankan. ya itu adalah awal. Awal dari sebuah cerita, cerita perjalanan yang tanpa sengaja telah membawa kita kepada begitu banyak rasa, cita, kisah dan kenangan.
Saudaraku, beribu malam yang telah terlewati dengan canda tawa, dan tidak jarang air mata. Kadang seperti Puncak Argopuro dan Puncak Rengganis yang keindahannya tidak dapat dipisahkan dan saling melengkapi, tetapi kadang seperti air dan api yang selalu bertentangan dan tidak bisa bersatu. Semua menjadi lebur setelah satu tawa terpecah, kemudian disambut oleh tawa-tawa lainnya itulah kita dengan segala baik dan buruk yang telah kita lewati.
Tertawa lepas, berteriak dan bertingkah laku yang apa adanya tanpa dibuat-buat dan semua ekspresi yang memang semestinya. Bersama kalian telah tercipta beribu kisah, yang tak kan habis bila diceritakan. Mungkin orang lain akan bosan mendengarnya, tapi kita begitu senang dan tidak pernah jenuh menceritakan kisah yang sama, yang selalu mengalirkan tawa, menggelitik pikiran. dan kadang kisah itu menyayat hati tapi menjadi parodi yang ringan bila diceritakan.

Yah bersama kalian memang terlalu sering memparodikan kepedihan dan menertawakan kepahitan. Itulah kita yang kadang dengan sengaja membuka luka lama untuk sekedar menciptakan tawa, menguak masa lalu untuk sekedar menertawakannya. Kadang kita masih terlalu angkuh dengan ego masing-masing, atau yang sering aku dengar ‘ingin memenangkan obsesi pribadi’ itu sering menemani perjalanan kita saudaraku yang sering kali meciptakan bara-bara api yang kapan saja dapat membakar kita.
Tetapi, tidak jarang juga begitu banyak angan yang tak pernah sampai pada ujungnya. Begitu banyak keinginan yang hanya sempat merongrong di ronga dada, atau mimpi-mimpi yang hanya bisa melebur menjadi satu dengan udara tanpa pernah bisa terwujud. Mewarnai langkah yang telah kita cipta.
Saudaraku, bila saat ini kau sedang mencari jalan lain, berjanjilah suatu saat nanti kau akan kembali kerumah, ke rumah ini dimana kita tumbuh dan dewasa bersama. Karena bagiku, bersama kalian adalah merasakan rasa bangga yang tak terperi dan rasa damai yang tak terjamah. dan suatu saat nanti kita akan kembali ke "KPPA Caldera FMIPA Unpad".
Beni Hermawan (C.040.Guruh Kumbara)
Dadang Ramdan (C.041.Guruh Kumbara)
Aji Zaelani Ahmad (C.042.Guruh Kumbara)
Andri Hidayatulloh (C.043.Guruh Kumbara)

2 comments:

  1. Anonymous7/23/2011

    ternyata "demam" ini ga hanya terjadi sama GNR... ^^
    sedih... mungkin nanti GNR juga gitu... lulus, kerja dan hidup masing-masing... T_T

    ReplyDelete
  2. wahh rasa itu masih membekas dalam hati semua anak-anak Charlie Delta Romeo, ingat suatu saat nanti kita akan kembali berkumpul dan berjelaga didepan perapian kebersamaan dan dinginnya udara jatinangor :)

    ReplyDelete

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.