Pecinta Alam

Masih ingat tragedi meninggalnya aktivis mahasiswa Soe Hok Gie di ketinggian 3.676 Puncak Mahameru pada 16 Desember 1969 silam? Turut pula tewas Idham Lubis, keduanya anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia Jakarta. Pada bulan yang sama tahun ini, di mana para pendaki menuai badai, seorang pencinta alam “lepasan” warga Manggarai RT 10 RW 04 Jakarta Selatan, dinyatakan hilang. Daris menjadi korban ke-50 dari keganasan alam Gunung Semeru.
(Kompas, 29 Desember 2001)
Dari kutipan artikel diatas, tentunya ada berbagai pertanyaan yang muncul. Seganas itukah Gunung Semeru? Ataukah seorang pendaki gunung (dalam hal ini Pencinta Alam) selalu identik dengan orang yang amor fati (mencintai kematian)? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat kita semakin ‘takut’ atau malah merasa tertantang untuk mendaki gunung dan kegiatan alam bebas yang lain.
Artikel diatas terlihat juga sebuah kekontrasan, Soe Hok Gie yang notabene adalah salah seorang pendiri Mapala UI akhirnya harus ‘gugur’ di Puncak Abadi Para Dewa Mahameru dan Daris yang merupakan PA ‘lepasan’ menjadi korban ke-50 the vertical limit of java.
Ada lagi sebuah berita, yang mempertanyakan kembali keberadaan PA. Gunung Gede yang merupakan tempat berkumpulnya komunitas PA sekarang telah mendapat julukan baru, ‘Gunung Sampah’. Kemanakah para PA? Apakah mereka hanya mengurusi ekspedisi-ekspedisi yang mustahil kalau tidak menghambur-hamburkan uang. Hanya untuk sebuah kebanggan telah ‘menakhlukkan’ alam dan rekor ketinggian. Akankah lebih baih jika para PA menjaga tempat-tempat pengembaraannya, minimal membawa kembali sampah yang ia bawa.

Ditambah dengan tingkah laku merusak, sebagian PA . Baik itu anggota-anggota PA yang terorganisir, ataupun individu yang menjadikan kegiatan alam bebas sekadar sebagai pengisi waktu luang dan kesenangan. Banyak kita lihat perilaku anarkisme dan vandalisme di tempat-tempat tongkrongan anak PA. Coretan-coretan di pohon, shelter-shelter pendakian dan camping area dijadikan sebagai tempat mabuk-mabukan merupakan perilaku-perilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang PA.
Sederetan daftar hitam PA tersebut tidak akan pernah selesai jika individu-individu PA sendiri belum bisa menempatkan mereka sebagai seorang PA dan bagaimana seorang PA seharusnya. Dimana sifat-sifat alam semesta bisa menyatu pada dirinya, yaitu:
1. Sifat Matahari (Surya); Matahari mempunyai sifat panas dan penuh energi dan memberi sarana hidup. Artinya: Bahwa setiap PA harus dapat berfungsi laksana matahari yaitu: dapat memberi semangat, memberi kehidupan dan memberi energi kepada lingkungannya.
2. Sifat Bulan (Candra); Bulan mempunyai wujud indah dan mempunyai kemampuan menerangi dalam kegelapan. Artinya: Bahwa seorang PA harus dapat berfungsi laksana bulan yaitu dapat menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan kepada lingkungannya.
3. Sifat Bintang (Kartika); Bintang mempunyai bentuk yang indah menjadi hiasan di waktu malam yang sunyi, serta mempunyai kemampuan menjadi kompas pedoman bagi mereka yang kehilangan arah. Artinya: Bahwa setiap PA harus dapat berfungsi laksana bintang yaitu: dapat menjadi contoh tauladan dan dapat menjadi pedoman bagi lingkungannya.
4. Sifat Angin (Bayu); Angin mempunyai sifat mengisi setiap ruang yang kosong walaupun tempat rumit sekalipun. Artinya: Bahwa setiap PA harus dapat berfungsi laksana angin, yaitu dapat berada dimanapun, melakukan tindakan yang teliti, cermat dan mau turun kelapangan untuk menyelami kehidupan lingkungannya.
5. Sifat Angkasa; Awan dan mendung di angkasa mempunyai sifat menakutkan (wibawa), tetapi sesudah jatuh menjadi air (hujan) dapat menghidupi yang tumbuh. Artinya: Bahwa setiap PA harus dapat berfungsi laksana angkasa yaitu angker berwibawa, tetapi dalam tindakannya harus bermanfaat bagi kehidupan lingkungannya.
6. Sifat Api (Gegana); Api mempunyai sifat tegak dan sanggup membakar apa saja yang bersentuhan dengannya. Artinya: Bahwa setiap PA harus dapat bertindak adil, mempunyai prinsip, tetap tegak dan tegas tanpa pandang bulu.
7. Sifat Samudera; Samudera mempunyai sifat luas dan rata. Artinya: Bahwa setiap PA harus dapat berfungsi laksana samudera yaitu, mempunyai pandangan yang luas, rata, sanggup menerima persoalan dan tidak boleh membenci terhadap seseorang.
8. Sifat Bumi; Bumi mempunyai sifat sentosa dan suci. Artinya: bahwa setiap PA harus dapat berfungsi laksana bumi yaitu: sentosa budinya dan jujur serta mau memberi anugerah kepada siapa saja yang berjasa.
Ditinjau dari segi bahasa kata pencinta berarti “orang yang mencintai”, berarti pencinta alam adalah organisasi yang kegiatannya merupakan perwujudan dari rasa cinta terhadap alam yang mengejawantahkan kecintaan terhadap Tuhan.
Untuk menjelaskan arti PA secara definitif tampaknya terlalu panjang, sebab wacana tentang PA selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pada awalnya PA cenderung berkutat pada kegiatan-kegiatan adventure. Yang paling umum adalah mendaki gunung. Sejarah berkembang, kegiatan alam bebaspun semakin banyak macamnya dan tentunya membutuhkan orang-orang yang punya ‘nyali’, sekaligus rasio. Dan akibat tuntutan zaman kegiatan PA-pun semakin variatif. Yang akhirnya memunculkan berbagai macam tipe Pencinta Alam, antara lain:
1. PA yang pengembara,
2. PA yang konservatif,
3. PA yang keilmuan,
4. PA yang sosial, dan
5. PA yang materialistis.
Dari semua tipe PA tersebut diatas, tentunya kita bisa memilih PA bagaimana yang benar-benar mengejawantahkan arti PA itu sendiri dan tetap fleksibel dimanapun dan kapanpun.
Hingga kita tidak lagi memimpikan PA yang rendah hati, tidak takabur terhadap kebanggaan yang ia raih. PA yang mengkhususkan diri mempelajari ilmu-ilmu tersurat dan tersirat di alam serta PA yang mau berkomunikasi dan bersosialisasi dengan suku-suku pedalaman di nusantara. Atau bahkan mengabadikan alam dengan kamera dan goresan-goresan pena-nya, dengan target minimal harus termuat di media massa.
M. A. Adia M.
(C.004.PDR)

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.