Catatan Kelabu Gunung Cijambu 1


Sudah lama diriku tidak berceloteh menulis untuk blog ini, ya maklum ada urusan mengenai kelanjutan masa studiku yang insyaAllah akan segera berakhir dikampus Jatinangor ini, sekalian minta doanya para sahabat sekalian agar penulis dapat menyelesaikan studi dengan sukses, amin. Kali ini saya menulis tentang perjalanan Diklat KPPA Caldera FMIPA Unpad, yang menjadi awal kisah cinta yang begitu kacau balau bahkan bisa bikin saya jadi galau, sambil membawa pisau akhirnya kupotong saja bakpau J. InsyaAllah dengan niat yang suci dan ikhlas menjadi awal menyusun puzzle cinta ini, agar kelak menjadi kisah yang menarik dan sesuai prosedur dalam menjaga hati yang disampaikan oleh Sang Khaliq kita, Allah Subhanallahu Wata’ala, amin.

inisiasi
            Hari-hari hidup dalam kesendirian saat bintang bintang mampu berkelip, saat malam menjadi dingin, ketika pagi menjadi seperti biasanya. Betapa berharga kenangan kita lalui, bebas berandai mengulang waktu dan mimpi indah bersama. Masa yang telah kita tapaki bermasa. Dejavu diri mengenangnya, kembalilah bidadariku untuk kita jalani bersama dan bila kita menangis bersama, tegar dirimu untuk menghadapi. Sungguh luar biasanya dirimu itu tanpa cinta itupun takkan mungkin yang telah mengisi kealpaan dan mencoba mengikuti jejak langkah mu, dan mencoba merangkul erat dalam dekapan bersama, tegar melawan tempaan dan kerasnya jejak kehidupan ini. Dan bila kuhentikan waktu untuk bersama menikmati waktu kita berdua berangkulan. Andai kembali saat ini kan terlukiskan makna indah, maka jika kalian semua menangis, maka menangislah untuk mimpi yang telah kita lewati bersama.
            Hati ku menangis, tertulis dengan pasti dalam kenangan ku bersama. Peluk mesra tubuhku kita semua, semoga hati kita bersatu dan menjadi milik kita bersama, ku kan tenang melewati ini tanpa dirimu, diantara beribu yang lainnya ku mampu lewati masa-masa yang masih dalam tulisan yang Maha Kuasa yang telah tertulis dalam Lauful madfus. Berlarilah tanpa susah untuk meraihnya, bebaskan langkahmu wahai bidadariku. Dan jika waktu telah berbicara dan kalian merasa rindu akan kenangan indah bersama, maka bukalah memori kita bersama dengan keindahan alam, keindahan puncak gunung, dan keindahan suara alam. Kenanglah selalu waktu kita susah bersama. Selamanya ’kan tercipta indah. Sampai maut menjemput kita semua. Dulu, aku selalu mengagumi pantaiku dengan hamparan pasir putih. Memanjat pohon yang tumbuh dua puluh meter dari bibir pantai, dan aku harus berlari lima puluh meter dari halaman rumahku. Namun pohon itu sekarang tergenang air dan jarak rumahku tinggal sepuluh meter dari bibir pantai. Sewaktu aku kecil pernah terbayang hal ini, namun tak pernah terpikir kalau semuanya terbukti.
Petualang seringkali berpergian ke ruang-ruang yang belum pernah dikunjunginya. Mendaki ke puncak gunung, menyusuri pantai, menerjang jeram anak sungai, mendaki tebing curam, berjelaga ditengah hutan, atau menyepi ke pulau yang terpencil ke sebuah ruang yang sama sekali baru, dan sering kali ruang itu adalah tempat yang alami atau natural. Mengapa yah kok manusia suka sekali kembali kepada alam? Apakah karena ia berasal dari alam? Mungkin ketika ia pergi meninggalkan alam, lalu membangun tembok, jalan-jalan berbeton dan kota-kota, ia telah mengasingkan sendiri dirinya dari tempat asalnya, maka kembali ke alam menjadi suatu kesempatan untuk menengok 'kampung halaman' dan mengisi energi kehidupan kembali. Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana yang kamu lihat dan Dia menciptakan gunung-gunung (dipermukaan) bumi, supaya bumi itu tidak goyang bersama kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (31;10)
Kebesaran ilahi, alam ini memang diciptakan untuk dinikmati bersama dengan sedikit berkeluh kesah, melewati keputus-asaan, bertengkar hebat dengan anggota tim, bersama menerjang dinginnya malam, berpanas ria di tengah perjalanan, terseok-seok melewati puncak yang sudah di dominasi oleh pasir berbatuan. Memang saat-saat bersama menikmati keluh kesah, penderitaan, berat beban cariel bawaan, pernah terpikirkan oleh ku dahulu pada saat indah menikmati keindahan gunung, tetapi harus melewati susahnya penderitaan perjalanan, perjalanan yang seharusnya di maknai oleh kesadaran untuk berpikir bahwa inilah perjalanan yang sesungguhnya, karena untuk mencapai puncak kita harus terseok-seok merangkak dengan lutut dan tangan tetap harus memegang sesuatu hanya untuk mencapai satu tujuan yaitu puncak gunung, karena dari sana kita bisa medapatkan ilmu bahwa kita adalah makhluk kecil di dunia ini, dan sepatutnya kita tetap untuk rendah diri dihadapanNya. Sungguh perjalanan mencari cinta itu dimulai pada saat ku mendaki tanjakan baeud yang lebih tepatnya puncak Gunung Pangparang yang hanya di tumbuhi tanaman kina yang sengaja di tanam penduduk sekitar.

***

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.