berjelaga
Dikamar rumah, saya terlihat menyibukkan diri mempersiapkan peralatan pendakian. Merapikan, kemudian memasukkan satu persatu kedalam ransel kapasitas 60 liter. Sangat cekatan menyiapkan semua peralatannya, tampaknya tidak ingin satupun peralatan yang terlupa. Saya paham betul harus meletakkan peralatannya dibagian mana. Mempertimbangkan kenyamanan, dengan mengatur titik berat beban ransel itu dengan sempurna. Tentu memperhatikan juga fungsi sebuah peralatan. Peralatan yang sangat diperlukan dalam kondisi terdesak diletakkannya di tempat yang mudah terjangkau dan mudah dikeluarkan. Packing, salah satu seni dalam sebuah manajemen perjalanan kegiatan alam bebas. Mempersiapkan segala sesuatu dengan matang dan terencana dengan mempertimbangkan semua resiko yang akan di hadapi. Tapi yang terlihat disini bukan sekadar seni dan kebutuhan hidup ketika yang melakukan dengan tegas dan yakin apa yang saya kerjakan. Mewakili ketegasannya ketika mengambil sebuah keputusan. Keputusan untuk harus menjalani hidup seperti apa dengan ketenangan untuk tetap survive dalam kondisi apapun. Ya survive dalam kondisi ekstrim sekalipun, kali ini saya packing ingin berjelaga bersama rekan-rekan seperjuanganku menuju Gunung Pangparang dan Gunung Cijambu dikawasan Bandung Utara dan Sumedang bagian barat untuk melakukan pendidikan dan latihan dasar pada komunitas Pecinta Alam, KPPA Caldera FMIPA Unpad namanya, baru saja genap 10 tahun berdirinya organisasi PA ini, masih cukup belia untuk melakukan kegiatan alam bebas yang lebih ekstrim lagi, dan itu pasti bisa dilakukan 5-10 tahun mendatang. Amin.
Sehari yang lalu sudah berangkat seluruh tim menuju kaki Gunung Palasari pos satu, sedangkan saya masih berkutat dengan kesibukkan duniawi yaitu laporan proyekan yang kudu selesai hari itu juga. Mentari pagi ini menyapaku dengan sedikit mendung awan membuat malas untuk bergerak. Sesuai koordinasi dengan tim dan saya membaca ROP (Rencana Operasi Perjalanan) pada Diklat yang ke-X saya akan bertemu dengan seluruh tim diklat di kaki Gunung Palasari tepatnya Desa Patok Beusi, dan memang benar saya bertemu dengan tim advance yang kelelahan membawa beban yang berat, sedangkan tim (Operasional) yang lain bersama rekan-rekan siswa dan Banmed dari organisasi se-Unpad juga (KSR PMI Unpad; klo gk salah). Tanpa berpikir panjang saya ikut bersama tim advance menuju pos dua melewati puncak Gunung Pangparang dan turun ke arah timur laut ke kaki Gunung Putri dan Gunung Cijambu dan base di Sungai Cibogo. Sesampainya di pos dua kami pun bergegas mendirikan tenda dan memasang flysheet guna istirahat dan tidur kala suasana malam datang.
Terdengar suara-suara dari punggungan pangparang sebelah barat daya yang terdengar sayup-sayup, “senangnya para siswa dan rombongan tim operasional akan segera tiba” dalam hati berkata. Terlihat ada 4 orang siswa masa lapangan dengan celana lapangan, baju flannel, syal biru dan topi rimba sebagai asesorisnya, serta beban yang paling berat cariel 80 liter kecuali sang koordinator siswa yang berbeda bebannya sekitar 120 liter. Alhamdulillah semua lengkap, dan terlihat sang danlap kelelahan yang sangat berarti sekali, tetapi ada yang mengusik pikiran saya kala itu, ada dua wajah baru sang wanita dengan syal merah maroon dengan sisi warna biru tampak kelelahan dan peluh dengan keringat. Lalu tanpa sadar sayapun melanjutkan kembali memotong gelondongan kayu guna berjelaga nanti malam.
***
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.