Apa salahnya saling suka, jatuh cinta, mencoba-coba?

Aku dan Kamu
Aku tak sanggup membaca peta waktuMu, menduga miliaran kemungkinan dalam irama takdirMu. Bahkan menghapal peristiwa dari ratusan tanggal dalam kalender pun aku tak mampu. Milik-Mu-lah segala perhitungan, rahasia yang selalu mempesona. Aku tahu, aku tak diberi kuasa untuk memilih dan menentukan masa depan, kecuali memutuskan apa yang ingin aku perbuat hari ini, yang sering kali aku lakukan secara sembarangan dan keliru-keliru. Maka bimbinglah, percikkanlah cahaya-Mu pada mata kesadaran aku yang buta. Bentangkanlah jalan rahmat dan kasih bagi langkah-langkah yang akan aku pilih. Jadikanlah kami (Aku dan Kamu) hamba yang bersyukur dan bersabar dalam menghadapi segala kemungkinan takdir-Mu. Kalau boleh kami meminta; tumbuhkanlah sayap di punggung kami berdua, lalu berilah kami kemampuan untuk terbang melampaui segala hal yang menyulitkan, segala hal yang memberatkan.

Kami tak pernah sanggup meraba hari esok bahkan apa yang terjadi satu atau dua jam lagi, kami tak tahu. Waktu serupa misteri rahasia yang selalu mempesona. Kami tahu, kami tak dibekali pengetahuan tentang apapun yang misteri, kecuali sedikit, yang bahkan kepala kami terlalu kecil untuk menampung yang sedikit itu. Kami sering bertanya-tanya apa yang akan terjadi besok? Kami tak tahu. Kami tak pernah benar-benar tahu. Sungguh. Kaulah yang maha berkuasa atas segala sesuatu. Kaulah yang mengetahui segala peristiwa, semua lipatan waktu. Kalau boleh kami meminta; izinkanlah esok memercikkan cahaya, yang sanggup menumbuhkan cinta di hati kami berdua, meski sedikit dari cahaya-Mu bahkan bukankah seluruh semesta terlalu kecil untuk menampung yang sedikit itu?

MENCINTAIMU adalah ibadah bagiku :) Ini kebiasaan unik manusia pada umumnya. Meskipun sudah “mewakilkan” urusan kita pada orang lain, kita terus mencampuri dan melibatkan diri. Inilah yang menyebabkan kita selalu kelelahan dalam hidup ini. Sebab, kita tidak pernah istirahat dari hal-hal yang sesungguhnya sudah diurus orang lain. Begitu pun, kita sangat sering “meragukan” kekuasaan Allah atas apa yang sesungguhnya telah diurus oleh-Nya (QS. 65:3). Karena itu, alih-alih kita damai menjalani kehidupan ini, kita malah makin tertekan.

"Pecinta bukanlah orang yang mengharapkan imbalan atau upah dari kekasihnya *Laisa al-muhibbu ladzi yarjuu mim mahyuubihi ‘iwa dhon auyadlubu minhu ‘arodhon* Sejatinya pecinta adalah yang mau berkorban untukmu, bukan yang menuntut pengorbanan darimu. [Al-Hikam Untaian Hikmah Ibnu ‘Athaillah]". Milikilah cinta yang tak bersyarat maka tak akan mudah berkarat. Dalam cinta jangan hanya berusaha merengkuh, sebab bisa timbul sikap angkuh. Mulailah mencintai dengan keluasan memberi, sebab engkau akan temukan kepuasan dalam diri. Jangan mencintai dengan pamrih, sebab hanya akan membuat hatimu perih. Cinta bukanlah transaksi, di mana engkau menuntut kebutuhan dan keperluanmu terpenuhi. Sementara engkau tak perduli apakah sikapmu membuat yang engkau cintai untung atau merugi. Cinta yang tidak disirami sikap rida yang penuh sering kali malah membunuh. Ubahlah sikapmu dalam mencinta, lengkapilah dengan ikhlas yang nyata. Engkau akan rasakan cinta begitu hangat, engkau senantiasa semangat. Dan cintamu tak lekang oleh waktu, di setiap tempat, pada setiap saat. Belajarlah dari cinta-Nya. :D


"Aku tak hanya sedang mencintaimu, namun aku juga sedang mengisi hidupku dengan cara yang benar. [Karizunique]".
Sesuatu Gitu Yah, kalau kita menemukan seseorang yang membuat diri ini mencintai sekaligus termotivasi. Adanya kita (aku dan kamu) sama-sama menghadirkan kebaikan bukan melenyapkan. Tidak tergila sama ‘cinta’ namun saling menjaga. Kebersamaan jasmani tak lagi penting karena kebersamaan hati mengiba ridho Illahi. Pasti setiap insan berharap cinta seperti ini, namun karena tergesa, pandangan terbutakan, langkah berbelok sekenanya, dan mengira… Tuhan bersama cintanya. Padahal syahwat adalah bayangannya. Bukankah aku akan menjadi imammu? Jika aku salah dalam langkah, kamu mengingatkanku “Subhanallah” Maha Suci Allah. Begitulah aku dan kamu bersama dalam tujuan yang sama: beribadah kepada-Nya.
"Wahai orang yang lembut hatinya, dalam hatiku, keinginanku sekarang ini adalah aku ingin halal bagimu. [Habiburrahman el Shirazy]".
eh? gak juga. Keinginanku sekarang adalah mempersiapkan segala hal demi masa depan. karena aku tak mau menelantarkanmu. aku ingin menjagamu. Setelah semua siap aku datangi calon ayahku (ayahmu). Dan Dialah yang berkuasa atas hamba-hamba-Nya. Dan Dia Maha Bijaksana, Maha Mengetahui (Al-An’am :18). "dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, [Surah An-Najm 43]"

Semoga tawaku berakhir ke rasa syukur dan tangisku berakhir ke rasa cinta untuk-Mu. Semoga apa yang telah aku usahakan dan apa yang Engkau kehendakkan berakhir di dalam satu hal: tawakal. Sesungguhnya setiap detik telah Engkau tunjukkan kuasa-Mu padaku, dan aku di sini sedang belajar tuk memahaminya.
"Itulah cinta. Itulah Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban. [Dee-Dewi Lestari]"
RESAPI… resapi… resapi, dan aku tak mengerti. dua hal yang membuatku terpuruk sekaligus bangkit: Cinta dan Tuhan. Maka dari itu aku belajar hingga sekarang.
"Jika engkau mengetahui bahwa setan tidak pernah lupa kepadamu, jangan engkau lalai terhadap Dzat yang mengenggam nasibmu. [Al-Hikam Untaian Hikmah Ibnu ‘Athaillah]"
Jadikanlah ALLAH satu-satunya pelindung maka setan dan godaan akan terbendung. Engkau tak boleh lengah karena setan tak pernah jengah. Engkau harus jaga hatimu istiqamah, kekuatan setan pun akan menjadi lemah. Teruslah bertawakal agar setan tertangkal. Hanya dengan senantiasa mengingat-Nya engkau akan selalu terjaga. Hanya dengan senantiasa terhubung dengan-Nya engkau akan terpelihara. Dengan selalu membaca tanda, engkau akan selalu waspada. Dan bila engkau selalu waspada, engkau tak akan mudah tergoda. Kokohkan zikir, setan tersingkir, karena Ramadhan belum berakhir, hingga batu nisan terukir sebagai takdir.

Pertemuan antara kehendakmu dengan kehendak-Nya bagaikan angin yang membatasai busur panahmu dengan sasaran. Meskipun perhitunganmu sangat akurat, bisa saja angin “membelokkan” busurmu ke arah yang lain. Tugasmu hanyalah memfokuskan perhatianmu pada sasaran, mempersiapkan segala kemungkinan untuk berhasil “membidik” tepat sasaran. Selanjutnya biarkan ketentuan-Nya yang bermain. Karena sejujurnya kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi saaat busur melesat dan mengarah ke sasaran. Berbelokkah atau tetap lurus? *sambil membaca Surah Az-Zumar ayat 38 :D
 
Akhir kata; Apa salahnya saling suka, jatuh cinta, mencoba-coba?
Kalau kita tahu pasti apa yang kita mau, ngapain buang energi buat coba-coba?

1 comment:

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.