 |
Ilustrasi |
Haloo bloggers, sudah lama tak bersua dengan tulisanku. Tak tau mengapa hari-hari yang kulalui sedikit standar-lempeng tak tahu arah. Semenjak 3 minggu pasca lebaran diri ini semakin malas menulis kerana inspirasi menulis tidak ada-cinta. Apa daya akupun kembali koreksi diri-ada apa dengan cinta? tak khayal terkungkung diri ini pada satu cinta ya cinta itu membuat matikutu saja. cinta itu membuat saya terperanggah #PS. Ternyata blog saya ada penggemar rahasianya, hal itu terbukti dengan adanya komentar dari status facebook saya, wahh jadi malu saya ini. ok kali ini saya akan update blog ini. terimakasih yang sudah memantau trus blog saya ini. Terimakasih, jd terharu :'( :-bd
Pernahkah kalian merasakan sesuatu hal yang membuat kalian menitikkan air mata secara tiba-tiba, lalu surut beberapa langkah ke belakang, melihat segala sesuatu merupakan hal yang amat luar biasa adanya, dan terhenti kepada satu hal... di satu titik... merasakan keagungan... ke-Maha-an dzat yang tak terlihat... dan keberadaan akan dzat tersebut amatlah nyata dan dekat namun tak tersentuh.
Entah ketika menyendiri, ketika berada dalam lalu lalang orang-orang, ketika ternasihati oleh seseorang, atau bahkan ketika melihat seekor semut berjalan vertikal di tembok lantas kita bermonolog kepadanya, "apa kabar semut? betapa Tuhan juga memikirkan akan keberadaanmu di sini."
Di satu titik itulah—kata orang bilang—cahaya Tuhan bertajalli (menetap) dalam hati. Dzat yang tak terlihat, tak tersentuh itu mendekat ke dalam diri, sangat dekat.
Namun dari sekian fenomena di satu titik itu, aku sadar bahwa hal tersebut terjadi ketika aku sangat membutuhkan keberadaan Dia. Kata 'sangat' inilah yang membuat satu titik itu hadir di saat tertentu saja. Dan satu titik itu lenyap di beberapa detik kemudian.
Aku seakan-akan ditelanjangi—atau memang sedang bertelanjang diri ketika satu titik itu hinggap hanya beberapa detik dalam diri. Dibalik kata 'sangat' itulah yang menjadikan motif keberadaan satu titik itu. Empat kali berturut-turut ayat ini menelanjangiku—menyadarkanku, semoga.
"Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikian dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampui batas apa yang mereka kerjakan." Yunus ayat 12
"Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali (taat) kepada-Nya; tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu," Az-Zumar ayat 8.
"Maka apabila manusia ditimpa bencana, dia menyeru Kami; kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya, dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." Az-Zumar ayat 49.
"Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia, dia berpaling dan menjauhkan diri (dengan sombong); tetapi apabila ditimpa malapetaka, maka dia banyak berdoa." Al-Fussilat ayat 51.
Satu titik yang sangat aku rindu. Satu titik yang membuat kelenjar air mata bekerja secara istimewa. Satu titik yang membuat aku tersadar ada hal yang lebih besar. Satu titik yang begitu cepat menguap. Satu titik yang meninggalkan tubuh bergetar hingga aku tak sanggup berucap. Satu titik yang keberadaannya harus aku perbaiki. Satu titik yang aku harap dapat menutupi bisikan jahat tuk kembali sesat. Satu titik yang mendamba titik-titik lain agar tercipta garis tanpa jeda.
Tuhan maafkan aku, tapi aku rindu satu titik itu.