Sebuah Kesendirian |
Terenyuh sedu sedan membaca kembali, kini berubah kata ganti pengguna.
Apa yang Anda harapkan dari seorang wanita kelak?
Jika aku ditanya seperti itu oleh diriku sendiri, maka sebelum mulut ini berucap, hati pun sudah menjawabnya. "aku ingin dia menjadi pendampingku dan menjadi guru bagi anak-anakku kelak". Dalam proses pengenalan, dia menjadi pagar bagi kaum lelaki yang menginginkannya. Dan sifat malunya adalah pengikat dirinya.
Bukan karena harta orang tuanya dia disukai, bukan karena kecantikan yang dimilikinya dia dihormati. Pun bukan pula karena kemanisan bicaranya yang mengoncang iman para muslimin. Dan bukan pula terletak pada kebijaksanaannya bermain lidah.
Nafsu mengatakan wanita cantik dengan paras rupa yang indah bak permata yang menyeri alam, Akal mengatakan wanita cantik atas kemajuan dan kekebalannya dalam ilmu serta pandai dari segala hal. Hati menyatakan kecantikan wanita hanya pada akhlaknya (itupun seandainya hati itu bersih untuk menilai).
Namun jika aku bercermin di cermin kamarku, aku bukanlah Sulaiman yang membuat ratu Balqis tersungkur atas kemampuannya. Aku pula tidak setampan Yusuf bagi muslimah yang kucari. Apalagi semulia Muhammad atas Aisyah ataupun atas saudagar kaya Khadijah. Tersadar dalam hati, aku hanya lelaki muna yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh dari ibu yang sholehah.
Benar apa yang terucap oleh teman wanita-ku; dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya bagaikan keledai terbaring dalam Lumpur. Karena hanya cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan.
Ketika aku berpaling dari cermin, aku pun bertanya kedalam hati, masih adakah wanita sholehah untuk lelaki sepertiku?. Jika Engkau menjawab, "Iya, masih ada dan kamu akan menemukannya" maka aku akan meminta cukupkan dia menjadi jodohku di dunia, dan pertemukan kami lagi di akherat nanti. Betapa sejuknya airmata ini jika ini penyebabnya.
Jika aku ditanya seperti itu oleh diriku sendiri, maka sebelum mulut ini berucap, hati pun sudah menjawabnya. "aku ingin dia menjadi pendampingku dan menjadi guru bagi anak-anakku kelak". Dalam proses pengenalan, dia menjadi pagar bagi kaum lelaki yang menginginkannya. Dan sifat malunya adalah pengikat dirinya.
Bukan karena harta orang tuanya dia disukai, bukan karena kecantikan yang dimilikinya dia dihormati. Pun bukan pula karena kemanisan bicaranya yang mengoncang iman para muslimin. Dan bukan pula terletak pada kebijaksanaannya bermain lidah.
Nafsu mengatakan wanita cantik dengan paras rupa yang indah bak permata yang menyeri alam, Akal mengatakan wanita cantik atas kemajuan dan kekebalannya dalam ilmu serta pandai dari segala hal. Hati menyatakan kecantikan wanita hanya pada akhlaknya (itupun seandainya hati itu bersih untuk menilai).
Namun jika aku bercermin di cermin kamarku, aku bukanlah Sulaiman yang membuat ratu Balqis tersungkur atas kemampuannya. Aku pula tidak setampan Yusuf bagi muslimah yang kucari. Apalagi semulia Muhammad atas Aisyah ataupun atas saudagar kaya Khadijah. Tersadar dalam hati, aku hanya lelaki muna yang punya cita-cita membangun keturunan yang sholeh dari ibu yang sholehah.
Benar apa yang terucap oleh teman wanita-ku; dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya bagaikan keledai terbaring dalam Lumpur. Karena hanya cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan.
Ketika aku berpaling dari cermin, aku pun bertanya kedalam hati, masih adakah wanita sholehah untuk lelaki sepertiku?. Jika Engkau menjawab, "Iya, masih ada dan kamu akan menemukannya" maka aku akan meminta cukupkan dia menjadi jodohku di dunia, dan pertemukan kami lagi di akherat nanti. Betapa sejuknya airmata ini jika ini penyebabnya.
Namun jika aku menemukan yang lain, bolehkah aku meminta kepada Mu untuk perkuatkan hati dan imanku untuk membimbingnya agar kelak dia kunantikan lagi diakherat?
Dan akupun tersadar kembali, aku bukanlah Umar yang tampak garang zahirnya, namun bagai sutera lembut jiwanya. Aku tak sebijak Ali dimana ilmu duniawi penuh di hati, pelita ukhrawi terangi diri, hingga aku pun terasa kerdil di hati. Dan aku tak setenang Abu Bakar yang tabah atas cobaan, sabar ke jalan kebenaran. Bukan pula pewaris kepemimpinan seperti Ustman yang panjang akalnya, demi generasi mendatang. Sedangkan aku terlalu naïf, bagai Balqis yang terpedaya dengan indahnya istana Sulaiman.
Dan akupun tersadar kembali, aku bukanlah Umar yang tampak garang zahirnya, namun bagai sutera lembut jiwanya. Aku tak sebijak Ali dimana ilmu duniawi penuh di hati, pelita ukhrawi terangi diri, hingga aku pun terasa kerdil di hati. Dan aku tak setenang Abu Bakar yang tabah atas cobaan, sabar ke jalan kebenaran. Bukan pula pewaris kepemimpinan seperti Ustman yang panjang akalnya, demi generasi mendatang. Sedangkan aku terlalu naïf, bagai Balqis yang terpedaya dengan indahnya istana Sulaiman.
Kamu lebih tahu tentang diriku daripada aku sendiri. Jika wanita muslimah tak pantas berdamping denganku kelak, maka jangan jadikan aku pendamping dari wanita yang buta akan harta, sibuk dengan kecantikannya, dan wanita yang tak pandai menutup aibku. Dan ikhlaskan aku menerimanya dan jadikan keturunanku kelak keturunan yang sholeh. Aku yakin Kamu akan membaca tulisan ini, atau mungkin Kamu sedari tadi telah memperhatikan ketikan ini. aku pun malu dengan harapanku yang terlalu tinggi ini.
Tulisan ini kutujukan untuk Mu, ketika tulisan ini telah berhasil sampai dan Kamu berhasil membacanya, aku mau Kamu tahu dan kabulkanlah harapanku ini. Dan kelak aku akan bercerita tentang tulisan ini padanya, bahwa dia adalah jawaban dari tulisan ini kepada Mu.
Kenapa? Menyesal?
Saat itu kau tak menyesal, bahkan kau sinis.
Menimbang-nimbang, layak atau tidak.
Niatmu memang tulus, tapi niat dari hati yang keras seperti yang kau punyai itu membuat niat tulus itu tak keluar menjadi wujud suatu langkah. Ya, langkah nyata, yang saat itu terpendam dalam niat dihati yang keras.
"ya Rabb, sekeras inikah hatiku? tak mampu terenyuh oleh pengemis kecil tak beribu dan berbapak sekalipun. Kenapa sekeras ini? yang hanya terenyuh oleh doa suatu keinginan yang pribadi?"
"Kamu juga akan memilih jalan hidup ini...
ibarat pesawat yang mau menuju tujuan, jangan sampai berbelok seberapa derajat kecilpun, karena bila sudah berbelok sekian derajat maka tujuan tak tercapai, demikian kita manusia sangat mungkin berbelok dari rambu-rambunya, maka siramilah dengan kebaikan, belajar tiada akhir agar ketika arah akan berbelok ada yang mengingatkan, bukan hartamu, Bapakmu atau Saudaramu karena mereka tidak kekal ada selamanya disandingmu, tapi ILMU . . ."
"Kamu juga akan memilih jalan hidup ini...
ibarat pesawat yang mau menuju tujuan, jangan sampai berbelok seberapa derajat kecilpun, karena bila sudah berbelok sekian derajat maka tujuan tak tercapai, demikian kita manusia sangat mungkin berbelok dari rambu-rambunya, maka siramilah dengan kebaikan, belajar tiada akhir agar ketika arah akan berbelok ada yang mengingatkan, bukan hartamu, Bapakmu atau Saudaramu karena mereka tidak kekal ada selamanya disandingmu, tapi ILMU . . ."
Sebenarnya Saya takut untuk membayangkan masa depan Saya kelak, takut akan mimpi-mimpi, harapan, dan doa-doa yang terlalu besar dan kompleks. Namun Saya akan bertarung untuk melawan rasa takut ini, karena yang ku tahu Tuhanku akan memberikan semuanya pada saatnya nanti. I will fight the future! I will fight.
"...aku hampir gila memikirkan bagaimana seharusnya aku bersikap, apa yang harus aku katakan agar dirimu terkesan, dan aku sangat ketakutan kalau-kalau aku mengatakan sesuatu yang akan membuatmu marah." Hari ini aku bener-bener gila, gila yang tak aku mengerti, gila tanpa bisa aku ungkapkan dengan bahasa manusia. Tiba-tiba saja aku berdoa, berlari kesana-kemari, semua tertutup, sengaja ditutup, aku tak mengenalnya itu apa dan bagaimana aku mengenalnya. kau tetap bidadariku
No comments:
Post a Comment
Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.