Retorika Tipu Muslihat

Sarat akan ketidakadilan. Kenapa harus dipertahankan jikalau malah merusak diri sendiri. Atau malah menjadi sok pahlawan yang bisa mengurai kemacetan dan kesemrawutan. Jika loyalitas menjadi titik tertinggi mungkin tidak ada rasa jengkel dan kesal. Atau malah hanya ingin menjadi penonton dan komentator busuk yang bisa menggumam dalam suara lantang, retorika penuh dgn kemunafikan. Jikalau...

Ahh persetan dgn itu. Klo hny segelintir orang-orang bertitle tinggi cuma bisa beretorika ria dgn mulut manis. Kata serapah yang bisa aku ucapkan. Haruskah menjadi dewa yang bisa memindahkan para pion pion anak buah. Memecut tuk kerja. Atau para kuda dan mentri yang bekerja. Momentum tidak akan muncul jika aku cuma bisa menulis dan menulis. Butuh momentum devide at impera. Agar sebuah masalah menjadi sebuah titik balik, atau bahkan batas ambang titik jenuh. Limit saja tak usah ekstrim.

Cemburu pada samudera yang menampung segala. Cemburu pada sang ombak yang selalu bergerak (iwan fals, cemburu).

Cicurug, okt 2012

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Untuk Komentar Anda Di Artikel Ini.